BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
masalah
Semangat Cordova yang selalu “haus” ilmu
pengetahuan perlu menjadi jawaban atas kelemahan-kelemahan yang terjadi di
dunia muslim saat ini. Harus dihilangkan asumsi muslim sebagai yang
terbelakang, gagap teknologi, dan malas berpikir (rasional dan ilmiah),
terlebih di Dunia Ketiga.
Selain peradaban Baghdad di bawah Dinasti
Abbasiyah, Islam mencapai kecemerlangan ketika fase Cordova dalam naungan Bani
Umayyah. Dua peradaban itu, Baghdad dan Cordova, pernah menjadi pusat kekuatan
di dua kutub Islam: Timur dan Barat. Nama-nama besar seperti Marshal Hodgson,
Karen Armstrong dan Montgomery Watt pun harus mengakui Islam Baghdad dan
Cordova sebagai catatan sejarah “peradaban emas” (the golden civilization)
Islam yang menjadi “kiblat” peradaban lain, termasuk Barat, dalam progresivitas
pemikiran, seni, keilmuan, teknologi, dan kebudayaan.
B. Tujuan Pembahasan
Adapun tujuan dari pembahasan ini
ialah untuk memenuhi tugas yang dipercayakanoleh dosen pembimbing kepada kami,
selanjudnya tujuanya pembahasan ini juga agar kita mengetahui tentang sejarah
Peradapan islam di andalusia,kemudian yang di kemukakan berhubungan dengan
masuknya islam di Andalusia, keajuan yang diperoleh dan kemunduran dari
Andalusia itu sendiri .
C. Metode Penulisan
Makalah ini ditulis dalam tiga
bab, Bab pertama berisi pendahuluan, kemudian Bab kedua berisi pembahasan yang
dibahasa yakni Sejarah Peradapan islam di Andalusi, dan selanjudnya pada Bab ke
tiga berisi kesimpulan sekaligus penutup dari pembahasan
BAB II
PEMBAHSAN
A.
Masuknya Islam Ke Spanyol
Spanyol mulai dikuasai oleh umat Islam pada masa
pemerintahan khalifah Al Walid bin Abdul Malik (705-715 M), beliau adalah salah
seorang khalifah yang berasal dari dinasti Umayah yang berkedudukan dikota Damaskus
( Syiria ). Sebelum menguasai Spanyol ( Andalusia ), angkatan perang Islam
telah lebih dulu menguasai Afrika Utara yang akan dipergunakan sebagai batu
loncatan untuk dapat menguasai Spanyol. Afrika Utara berhasil dikuasai pada
masa pemerintahan khalifah Abdul Malik (685-705),yang merupakan ayah dari
khalifah Al-Walid. Penguasaan Afrika Utara dipimpin oleh dua orang panglima
Islam yang gagah berani yaitu panglima Hasan Ibn Nu’man dan Musa Ibn Nusair.
Selanjut nya Hasan Ibn Nu’man diangkat menjadi gubernur Afrika Utara yang
kemudian digantikan oleh Musa Ibn Nusair.[1]
Dalam usaha menaklukkan dan menguasai Spanyol,
Dinasti Umayah mengirimkan tiga orang panglima perang Singa Padang Pasir
sekaligus pahlawan Islam, mereka adalah Tharif bin Malik, Thariq bin Ziyad dan
Musa bin Nusair. Pasukan panglima Tharif bin Malik berangkat lebih dulu,
panglima Tharif lebih tepat disebut sebagai perintis dan penyelidik. Dengan
memimpin sebanyak lima ratus orang pasukan perang, Tharif dan pasukannya
bergerak menuju Spanyol dengan menumpangi empat buah kapal yang disediakan oleh
Julian (gubenur wilayah Septah ). Dalam penyerbuan itu Tharif tidak mendapatkan
perlawanan yang berarti, setelah mendapatkan kemenangan ia pun kembali ke
Afrika Utara dengan membawa harta rampasan perang.
Pada tahun 711 M, gubenur Afrika Utara Musa bin
Nusair mengirim pasukan Islam ke Spanyol di bawah pimpinan panglima Thariq bin
Ziyad dengan jumlah pasukan sebanyak tujuh ribu orang. Dengan menumpangi kapal
yang dipinjamkan oleh Julian, Pasukan Thariq bin Ziyad sampai di tanah Spanyol.
Sebuah gunung tempat pertama sekali Thariq dan pasukan nya mendarat dan
menyiapkan pasukan, diberi nama Jabal Thariq (Gilbraltar). Dalam sebuah
pertempuran disuatu tempat yang bernama Bakkah, Pasukan Thariq bin Ziyad berhasil
mengalahkan raja Goliath dan adik nya raja Roderick dari kerajaan kristen
Gothic ( Goth ) yang selama ini berkuasa di Spanyol. Setelah itu berturut-turut
pasukan Islam berhasil menguasai kota-kota penting dan strategis lainnya
seperti Cordova, Granada dan Toledo (ibu kota kerajaan Gothic). Sebelumnya
panglima Thariq bin Ziyad telah mendapatkan tambahan pasukan dari gubernur Musa
bin Nusair sebanyak 5000 orang pasukan, sehingga jumlah pasukan Islam seluruh
nya berjumlah 12.000 orang . Sedangkan pasukan Kristen Gothic berkekuatan
sebanyak 100.000 orang pasukan, dalam peperangan ini pasukan Islam mendapatkan
kemenangan walaupun kalah dalam jumlah.
Sementara itu pada tahun 750 M, dinasti Umayyah di
Damaskus berhasil di gulingkan dan di runtuhkan oleh pasukan pemberontak yang
dipimpin oleh Abdullah Al Saffah (750-1258 M) yang merupakan keturunan dari
paman nabi yang bernama Abbas bin Abdul Multhalib, yang selanjutnya mendirikan
dinasti Abbasiyah di Bahgdad Irak. Khalifah terakhir dinasti Umayyah yang
bernama Mawan bin Muhammad dapat dibunuh oleh pasukan Abbasiyah di Mesir. Salah
seorang keturunan Dinasti Umayah dapat meloloskan diri ke Spanyol yang masih
berada dibawah kekuasaan dinasti Umayyah. Pangeran yang beruntung itu bernama
Abdurrahman Al Dakhil atau yang lebih dikenal dengan gelar Abdurrahman I.[2]
B. Kemajuan Peradapan
Andalusia
Umat Islam di Spanyol
telah mencapai kejayaan yang gemilang, banyak prestasi yang mereka peroleh,
bahkan pengaruhnya membawa Eropa dan juga dunia kepada kemajuan yang lebih
kompleks, terutama dalam hal kemajuan intelektual dan pembangunan fisik
1. Kemajuan
Intelektual
Spanyol adalah negeri yang subur. Kesuburan itu mendatangkan penghasilan
ekonomi yang tinggi dan pada gilirannya banyak menghasilkan pemikir.
Masyarakat Spanyol Islam merupakan masyarakat majemuk yang terdiri dari
komunitas-komunitas Arab (Utara dan Selatan), al-Muwalladun (orang-orang
Spanyol yang masuk Islam), Barbar (umat Islam yang berasal dari Afrika Utara),
al-Shaqalibah (penduduk daerah antara Konstantinopel dan Bulgaria yang menjadi
tawanan Jerman dan dijual kepada penguasa Islam untuk dijadikan tentara
bayaran), Yahudi, Kristen Muzareb yang berbudaya Arab, dan Kristen yang masih
menentang kehadiran Islam. Semua komunitas itu, kecuali yang terakhir, memberikan
saham intelektual terhadap terbentuknya lingkungan budaya Andalus yang
melahirkan Kebangkitan Ilmiah, sastra, dan pembangunan fisik di Spanyol. [3]
a. Filsafat
Islam di Spanyol telah mencatat satu
lembaran budaya yang sangat brilian dalam bentangan sejarah Islam. Ia berperan
sebagai jembatan penyeberangan yang dilalui ilmu pengetahuan Yunani-Arab ke
Eropa pada abad ke-12. Minat terhadap filsafat dan ilmu pengetahuan mulai
dikembangkan pada abad ke-9 M selama pemerintahan penguasa Bani Umayyah yang
ke-5, Muhammad ibn Abdurrahman (832-886 M).
Atas inisiatif al-Hakam (961-976 M),
karya-karya ilmiah dan filosofis diimpor dari Timur dalam jumlah besar,
sehingga Cordova dengan perpustakaan dan universitas-universitasnya mampu
menyaingi Baghdad
sebagai pusat utama ilmu pengetahuan di dunia Islam. Apa yang dilakukan oleh
para pemimpin dinasti Bani Umayyah di Spanyol ini merupakan persiapan untuk
melahirkan filosof-filosof besar pada masa sesudahnya.
Tokoh utama pertama dalam sejarah
filsafat Arab-Spanyol adalah Abu Bakr Muhammad ibn al-Sayigh yang lebih dikenal
dengan Ibn Bajjah. Dilahirkan di Saragosa, ia pindah ke Sevilla dan Granada. Meninggal karena keracunan di Fez tahun 1138 M dalam
usia yang masih muda. Seperti
al-Farabi dan Ibn Sina di Timur, masalah yang dikemukakannya bersifat etis dan
eskatologis. Magnum opusnya adalah Tadbir al-Mutawahhid.
Tokoh utama kedua adalah Abu Bakr ibn Thufail, penduduk asli Wadi Asy,
sebuah dusun kecil di sebelah timur Granada dan wafat pada usia lanjut tahun
1185 M. Ia banyak menulis masalah kedokteran, astronomi dan filsafat. Karya
filsafatnya yang sangat terkenal adalah Hay ibn Yaqzhan.
Bagian akhir abad ke-12 M menjadi saksi munculnya seorang pengikut
Aristoteles yang terbesar di gelanggang filsafat dalam Islam, yaitu Ibn Rusyd
dari Cordova. Ia lahir tahun 1126 M dan meninggal tahun 1198 M. Ciri khasnya
adalah kecermatan dalam menafsirkan naskah-naskah Aristoteles dan kehati-hatian
dalam menggeluti masalah-masalah menahun tentang keserasian filsafat dan agama.
Dia juga ahli fiqh dengan karyanya Bidayah al- Mujtahid.
b. Sains
IImu-ilmu kedokteran, musik, matematika, astronomi, kimia dan lain-lain
juga berkembang dengan baik. Abbas ibn Famas termasyhur dalam ilmu kimia dan
astronomi. Ialah orang pertama yang menemukan pembuatan kaca dari batu. Ibrahim
ibn Yahya al-Naqqash terkenal dalam ilmu astronomi. Ia dapat menentukan waktu
terjadinya gerhana matahari dan menentukan berapa lamanya. Ia juga berhasil
membuat teropong modern yang dapat menentukan jarak antara tata surya dan bintang-bintang.
Ahmad ibn Ibas dari Cordova adalah ahli dalam bidang obat-obatan. Umm al-Hasan
bint Abi Ja’far dan saudara perempuan al-Hafidz adalah dua orang ahli
kedokteran dari kalangan wanita.
Dalam bidang sejarah dan geografi, wilayah Islam bagian barat melahirkan
banyak pemikir terkenal, Ibn Jubair dari Valencia (1145-1228 M) menulis tentang
negeri-negeri muslim Mediterania dan Sicilia dan Ibn Batuthah dari Tangier
(1304-1377 M) mencapai Samudera Pasai dan Cina. Ibn al-Khatib (1317-1374 M)
menyusun riwayat Granada, sedangkan Ibn Khaldun dari Tunis adalah perumus
filsafat sejarah. Semua sejarawan di atas bertempat tinggal di Spanyol, yang
kemudian pindah ke Afrika. Itulah sebagian nama-nama besar dalam bidang sains. [4]
c. Fiqih
Dalam bidang fiqh, Spanyol Islam dikenal sebagai penganut mazhab Maliki.
Yang memperkenalkan mazhab ini di sana adalah Ziad ibn Abdurrahman.
Perkembangan selanjutnya ditentukan oleh Ibn Yahya yang menjadi Qadhi pada masa
Hisyam Ibn Abdurrahman. Ahli-ahli Fiqh lainnya diantaranya adalah Abu Bakr ibn
al-Quthiyah, Munzir Ibn Sa’id al-Baluthi dan Ibn Hazm yang terkenal.
d. Musik dan Kesenian
Dalam bidang musik dan suara, Spanyol Islam mencapai kecemerlangan dengan
tokohnya al-Hasan Ibn Nafi yang dijiluki Zaryab. Setiap kali diselenggarkan
pertemuan dan jamuan, Zaryab selalu tampil mempertunjukkan kebolehannya. Ia
juga terkenal sebagai penggubah lagu.
Ilmu yang dimiliknya itu diturunkan kepada anak-anaknya baik pria maupun
wanita, dan juga kepada budak-budak, sehingga kemasyhurannya tersebar luas.
e. Bahasa dan Sastra
Bahasa Arab telah menjadi bahasa administrasi dalam pemerintahan Islam di
Spanyol. Hal itu dapat diterima oleh orang-orang Islam dan non-Islam. Bahkan,
penduduk asli Spanyol menomorduakan bahasa asli mereka. Mereka juga banyak yang
ahli dan mahir dalam bahasa Arab, baik keterampilan berbicara maupun tata
bahasa. Mereka itu antara lain: Ibn Sayyidih, Ibn Malik pengarang Aljiyah, Ibn
Khuruf, Ibn al-Hajj, Abu Ali al-Isybili, Abu al-Hasan Ibn Usfur, dan Abu Hayyan
al-Ghamathi. Seiring dengan kemajuan bahasa itu, karya-karya sastra
bermunculan, seperti Al-’Iqd al-Farid karya Ibn Abd Rabbih, al-Dzakhirahji
Mahasin Ahl al-Jazirah oleh Ibn Bassam, Kitab al-Qalaid buah karya al-Fath ibn
Khaqan, dan banyak lagi yang lain.[5]
2. Kemegahan
Pembangunan Fisik
Aspek-aspek pembangunan fisik yang mendapat perhatian ummat Islam sangat
banyak. Dalam perdagangan, jalan-jalan dan pasar-pasar dibangun. Bidang
pertanian demikian juga. Sistem irigasi baru diperkenalkan kepada masyarakat
Spanyol yang tidak mengenal sebelumnya. Dam-dam, kanal-kanal, saluran sekunder,
tersier, dan jembatan-jembatan air didirikan. Tempat-tempat yang tinggi, dengan
begitu, juga mendapat jatah air.
Orang-orang Arab memperkenalkan pengaturan hidrolik untuk tujuan
irigasi. Kalau dam digunakan untuk mengecek curah air, waduk (kolam) dibuat
untuk konservasi (penyimpanan air). Pengaturan hydrolik itu dibangun dengan
memperkenalkan roda air (water wheel) asal Persia yang dinamakan naurah
(Spanyol: Noria). Disamping itu, orang-orang Islam juga memperkenalkan
pertanian padi, perkebunan jeruk, kebun-kebun dan taman-taman. Industri,
disamping pertanian dan perdagangan, juga merupakan tulang punggung ekonomi
Spanyol Islam. Diantaranya adalah tekstil, kayu, kulit, logam, dan industri
barang-barang tembikar.
Namun demikian, pembangunan-pembangunan fisik yang paling menonjol
adalah pembangunan gedung-gedung, seperti pembangunan kota, istana, masjid,
pemukiman, dan taman-taman. Diantara pembangunan yang megah adalah masjid
Cordova, kota al-Zahra, Istana Ja’fariyah di Saragosa, tembok Toledo, istana
al-Makmun, masjid Seville, dan istana al-Hamra di Granada.
a. Cordova
Cordova adalah ibu kota Spanyol sebelum Islam, yang kemudian diambil
alih oleh Bani Umayyah. Oleh penguasa muslim, kota ini dibangun dan diperindah.
Jembatan besar dibangun di atas sungai yang mengalir di tengah kota.
Taman-taman dibangun untuk menghiasi ibu kota Spanyol Islam itu. Pohon-pohon
dan bunga-bunga diimpor dari Timur.
Di seputar ibu kota berdiri
istana-istana yang megah yang semakin mempercantik pemandangan, setiap istana
dan taman diberi nama tersendiri dan di puncaknya terpancang istana Damsik.
Diantara kebanggaan kota Cordova lainnya adalah masjid Cordova. Menurut ibn
al-Dala’i, terdapat 491 masjid di sana. Disamping itu, ciri khusus kota-kota
Islam adalah adanya tempat-tempat pemandian. Di Cordova saja terdapat sekitar
900 pemandian. Di sekitarnya berdiri perkampungan-perkampungan yang indah.
Karena air sungai tak dapat diminum, penguasa muslim mendirikan saluran air
dari pegunungan yang panjangnya 80 Km.
b. Granada
Granada adalah tempat pertahanan terakhir ummat Islam di Spanyol. Di sana berkumpul sisa-sisa kekuatan Arab
dan pemikir Islam. Posisi Cordova diambil alih oleh Granada di masa-masa akhir
kekuasaan Islam di Spanyol. Arsitektur-arsitektur bangunannya terkenal di
seluruh Eropa. Istana al-Hamra yang indah dan megah adalah pusat dan puncak
ketinggian arsitektur Spanyol Islam. Istana itu dikelilingi taman-taman yang
tidak kalah indahnya. Kisah tentang kemajuan pembangunan fisik ini masih bisa
diperpanjang dengan kota dan istana al-Zahra, istana al-Gazar, menara Girilda
dan lain-lain. [6]
C. Faktor-faktor
Pendukung Kemajuan
Spanyol Islam, kemajuannya sangat ditentukan oleh adanya penguasa-penguasa
yang kuat dan berwibawa, yang mampu mempersatukan kekuatan-kekuatan umat Islam,
seperti Abdurrahman al-Dakhil, Abdurrahman al-Wasith dan Abdurrahman al-Nashir.
Keberhasilan politik pemimpin-pemimpin tersebut ditunjang oleh
kebijaksanaan penguasa-penguasa lainnya yang memelopori kegiatan-kegiatan
ilmiah yang terpenting diantara penguasa dinasti Umayyah di Spanyol dalam hal
ini adalah Muhammad ibn Abdurrahman (852-886) dan al-Hakam II al-Muntashir
(961-976).
Toleransi beragama ditegakkan oleh para penguasa terhadap penganut agama
Kristen dan Yahudi, sehingga mereka ikut berpartisipasi mewujudkan peradaban
Arab Islam di Spanyol. Untuk orang-orang Kristen, sebagaimana juga orang-orang
Yahudi, disediakan hakim khusus yang menangani masalah sesuai dengan ajaran
agama mereka masing-masing.
Masyarakat Spanyol Islam merupakan masyarakat majemuk, terdiri dari
berbagai komunitas, baik agama maupun bangsa. Dengan ditegakkannya toleransi
beragama, komunitas-komunitas itu dapat bekerja sama dan menyumbangkan
kelebihannya masing masing.
Meskipun ada persaingan yang sengit antara Abbasiyah di Baghdad dan Umayyah
di Spanyol, hubungan budaya dari Timur dan Barat tidak selalu berupa
peperangan. Sejak abad ke-11 M dan seterusnya,
banyak sarjana mengadakan perjalanan dari ujung barat wilayah Islam ke
ujung timur, sambil membawa buku-buku dan gagasan-gagasan. Hal ini menunjukkan
bahwa meskipun umat Islam terpecah dalam beberapa kesatuan politik, terdapat
apa yang disebut kesatuan budaya dunia Islam.
Perpecahan politik pada masa Muluk al- Thawa’if
dan sesudahnya tidak menyebabkan mundurnya peradaban. Masa itu, bahkan
merupakan puncak kemajuan ilmu pengetahuan, kesenian, dan kebudayaan Spanyol
Islam. Setiap dinasti (raja) di Malaga, Toledo, Sevilla, Granada, dan lain-lain
berusaha menyaingi Cordova. Kalau sebelumnya Cordova merupakan satu-satunya
pusat ilmu dan peradaban Islam di Spanyol, Muluk al Thawa’if berhasil
mendirikan pusat-pusat peradaban baru yang diantaranya justru lebih maju.[7]
D. Penyebabab Kemunduran Dan
Kehancuran
1. Konfilik Islam Dengan Keristen
para penguas muslim tidak melakukan islamisasi secara
sempurna.mereka sudah puas dengan hanya menagih upeti dari kerajaan kerajaan
keristen yang ditaklukkannya dan membiarkan mereka mempertahankan hukum dan
adat mereka, termaksud posisi hirarki tradisional, asal tidak ada perlawanan
bersenjata.
2. Tidak Adanya Idologi Pemersatu
Adanya kelompok-kolompok etnis
non-Arab yang ada sering menggerogoti dan merusak perdamaian, hal itu
mendatangkan dampak besar terhadap sejarah sosio-ekonomi negeri andalusia. Yang
akhirnya menunjukan tidak adanya ideologi yang dapat memberikan makna persatuan
dan selain itu kurangnya pigur yang dapat menjadi personifikasi ideologi itu.
3. Kesulitan Ekonomi
Di pengaruhi kedua islam di
spanyol, parapenguas membangun kota dan mengembangkan ilmu pengetahuan dengan
sangat ”serius”sehingga lalai membina perekonomian. Akibatnya timbul kesulitan
ekonomi yang amat beratkan dan mempengaruhi kondisi politik dan militer.
4. Tidak Jelasnya Sistem Peralihan Kekuasaan
Dari penyebab adanya perebutan
kekuasaan diantara ahli waris bahkan saling bermusuhan dan saling membunuh
untuk menaiki tahta kekuasaan. Maka dengan adanya hal tersebut sistem peralihan
kekuasaan di andalusia mengalami kekacawan.
5. Keterpencilan
Andalusia merupakn bagian
terpencilan dari dunia islam yang lain, ia selalu berjuang sendirian, tanpa
mendapat bantuan yang besar kecuali hanya dari Afrika Utara. Dengan demikian
tidak ada kekuatan alternatif yang mampu membendung kebngkitan kristen di sana.
[8]
BAB III
KESIMPULAN
Setelah itu ajaran Islam sebagai ideologi yang lurus mulai berkembang
ke berbagai penjuru, di antaranya : negara-negara arab, teluk, daratan Afrika
utara, Andalusia, dan belahan dunia lainnya. Islam menyentuh dunia termasuk
Andalusia dengan bahasa Perubahan yang bermakna yaitu memanusiakan manusia
dengan risalahnya yang jelas berupa ajaran Tauhid dan nilai-nilai luhur budi
pekerti. Di masa-masa inilah Islam pernah mengukir prestasi di daratan Eropa
dengan Andalusianya terhitung dari tahun 711-1492 M.
Dalam usaha menaklukkan dan
menguasai Spanyol, Dinasti Umayah mengirimkan tiga orang panglima perang Singa
Padang Pasir sekaligus pahlawan Islam, mereka adalah Tharif bin Malik, Thariq
bin Ziyad dan Musa bin Nusair.
DAFTAR PUSTAKA
Yatim
badri, Sejarah Peradapan Islam Dirasah
Islamiyah, PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004
Syalabi, Sejarah Kebudayaan Islam,Al Husna Zikro,
Jakarta, 1997
[1] Yatim
Badri, Sejarah Peradapan Islam Dirasalah Islamiyah, PT Raja Grapada Prasada, Jakarta, 2004, h87
[2] Yatim
Badri, Ibid, h94
[3] http://sejarah.kompasiana.com/2010/10/13/kemajuan-peradaban-islam-di-spanyol-andalusia
[4] Syalabi, Sejarah
Kebudayaan Islam,Al Husna Zikro, Jakarta,
1997, h.126
[5] Obcit,
h.103
[6] http://sejarah.kompasiana.com/2010/10/13/kemajuan-peradaban-islam-di-spanyol-andalusia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar