BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah
Agama yang pada hakekatnya adalah keyakinan
akan adanya Tuhan yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia, maka
sangat perlu dipahami secara seksama oleh setiap manusia.Dalam uraian ini akan
kemukakan pengertian agama, hubungan agama dengan manusia, manfa’at agama,
klasifikasi agama,dan agama Islam.Agama merupakan kebutuhan (fitrah) manusia.
Berbagai pendapat mengenai kefitrian agama ini dapat dikaji pada beberapa
pemikiran.
B. Tujuan Pembahasan
Adapun
tujuan dari pembahasan ini ialah untuk memenuhi tugas yang dipercayakan oleh
dosen pembimbing kepada kami, selanjudnya pembahasanya mengenai tentang
pengertian agama, teori asal mula agama, komponen dan unsur agama, fungsi agama
dan hubungan agama dengan fitrah manusia di dalam al-Qur’an.
C. Metode Penulisan
Makalah
ini ditulis dalam tiga bab, Bab pertama berisi pendahuluan, kemudian Bab kedua
berisi pembahasan yang dibahasa yakni tentang agama fungsi agama dan agama
dengan fitrah manusia diadalam ala-Qur’an dan selanjudnya pada Bab ke tiga
berisi kesimpulan sekaligus penutup dari pembahasan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengertian Agama
Secara etimologis kata agama berasal dari bahasa
sanskerta. Kata ini tersusun dari kata A dan Gama. A yang berarti tidak
dan sedangkan Gama berarti berjalan atau berubah. Jadi agama berarti tidak
berubah. Demikian juga menurut H. Muh. Said. sejalan pendapat itu Harun
Nasution juga mengemukakan, bahwa agama berasal dari bahasa Sanskrit. Menurutnya, satu pendapay mengatakan bahwa
kata itu tersusun dari dua kata yaitu A = tidak, dan Gama = Pergi. Dengan demikian agama berarti tidak
pergi atau tetap di tempatnya.[1]
K.H. Taib Abdul Muin, juga memeberi pendapat bahwa
kata agama berasal dari bahasa sanskerta, yang mana A berarti tidak, dan Gama
berarti kocar kacir. Jadi agama berarti tidak kocar kacir, dalam artian
agama itu teratur.
Sementara itu
K.H. Zainal Arifin Abbas dan Sidi
Gazalba , berpendapat bahwa istilah agama dan religi serta Al Din itu berbeda-beda antara satu dan
lainnya. Masing-masing mempunyai pengertian sendiri. Lebih jauh lagi, Gazalba
menjelaskan bahwa Al-din lebih luas pengertian nya dari pada pengertian agama
dan religi. Agama dan religi hanya
berisi ajaran yang menyangkut aspek hubungan antara manusia dan tuhan saja.
Sedangkan al-din berisi dan memuat ajaran yang mencakup aspek hubungan antara
manusia dan tuhan dan hubungan sesama manusia.[2]
Sedangkan secara istilah pengertian agama, tidak
ada pengertian agama itu yang benar benar memuaskan, oleh karena keragama agama
itu sendiri. Sehubungan dengan itu pengertian yang akan dibentangakan berikut
ini adalah beberapa pendapat dari pakar yang sudah barang tentu menurut sudut
pandang mereka masing-masing. Beberapa defenisi pengertian agama yang
dimaksud adalah sebagai berikut:
Frazer[3]
berpendapat bahwa agama adalah sebagai perdamain atu tindakan mendamaikan dari
kuasa-kuasa atas kepada manusia yang mana dipercayai mengatur dan mengonrol
alam raya dan kehidupan manusia.
Kemudian Malfijt[4]
mengemukakan bahwa agama adalah system interaksi kepercayaan dan perbuatan yang
didasarkan atas adapt-istiadat (kebudayaan) suatu masarakat yang secara
bersama-sama percaya kepada kuasa supernatural yang suci.
Sementara itu
Taib Thahir Abdul Mu’in mengemukakan pengertian agama sebagai suatu peraturan
Tuhan yang mendorong jiwa seseorang yang memepunyai akal untuk dengan kehendak
dan pilihannya sendidri mengikuti peraturan tersebut, guna mencapai kebahagiaan
hidup didunia dan di akhirat.
- Teori Asal Mula Agama
Sejak dulu
hingga sekarang banyak sudah para sarjana dan ilmuan yang mempelajari agama
menurut dari segi ilmu masing-masing. Terutama para ilmuan mencoba mengkaji
agama dari berbagai aspek.
Tylor
menyebutkan mengkaji agama dengan sangat sederhana dan tanpa memberikan
penelian terhadap fungsi agama itu, kajian ini kemudian disebut menjadi sebuah
teori tentang “asal mula agama”. Menurutnya
asal mula agama pada awalnya berangkat dari kesadaran manusia akan adanya jiwa.
Selanjutnya Lang memunculkan teori baru yang
ulasanya berbeda dengan Tylor terutama dalam hal konsep jiwa dimana ia
mengakatan bahwa di setiap jiwa manusia ada memiliki kemampuan gaib yang dapat
beraktivitas lebih kuat, akibat lemahnya aktivitas pikiran manusia yang
rasional.
Selain itu Frezer membuat suatu teori tentang asal
mula agama bagi manusia. Teori yang dimaksudkan bias dinamakan teori “batas
akal”. Masih berhubungan dengan ini, Muller menyatakan bagwa agama berasal dari
keperluan dasar manusia untuk mencari sesuatu yang berkenaan dengan kekuatan
hakiki yang ada diluar dirinya dan yang
menguasai hidupnya dan alam lingkungan, maka dari masalah itulah timbul gagasan
tentang dewa, ruh-ruh, dan tuhan.[5]
Dari teori yang telah dikemukakan diatas jelas
bahwa agama boleh dikatakan mengandung suatu kecendrungan batin(rohani) manusia
untuk berhubungan dengan kekuatan yang terdapat dalam alam semesta guana
mencari makna dari suatu yang berbeda sama sekali, dari apa yang dikenal dan
dialami manusia.
- Komponen Dan Unsur Agama
dari
memperhatikan dari berbagai pendapat dan teor yang dikemukakan oleh pari ahli
dan ilmuan dapat kita ketahui bahwa agama itu memiliki suatu komponen dan unsure yang menjadi karakteristik suatu
agama.
- Komponen Agama
Menurut
Koentjaraningrat komponen agama itu ada lima
yaitu Emosi keagamaan, system keyakinan, system ritus dan upacara, peralatan
ritus dalam upacara dan penganut agama atau umat.[6]
Berikut ini akan diuraikan kelima komponen tersebut secara sepintas dan
ringkas.
Emosi keagamaan, adalah sebuah getaran yang
menggerakan jiwa manusia untuk menjalankan kelakuan dan kegiatan keagamaan.
System
kepercayaan adalah merupakan hal yang paling utama dalam setiap agama, karena
semua yang disebut agama biasanya melibatkan idea atau kepercayaan tertentu di
suatu pihak dan beberapa amalan tertentu pula, artinya tidak satu pun yang
disebut agama jika tidak mempunyai kepercayaan terhadap hal yang bersifat
supernatural dan memiliki upacara agama sebagi manifestasi dari kepercayaan.
System ritus
atau upacara agama adalah komponen penting dalam suatu agama karena semua
kelakuan agama tampak tergambar dalam ritual keagamaan.
Peralatan ritus
atau upacara adalah sarana untuk mengadakan hubungan dengan kuasa supernatural
yang membawa kesan pisikologis, yang bukan saja kpada manusia secara
perorangan, tetapi juga kepada seluruh anggota jamaah agama itu.
Penganut agama
atau umat adalah orang yang mengikuti atau menjalankan suatu aktivitas didalam
keagamaan tersebut.
- Unsur Agama
Unsur pertama
yaitu kepercayaan terhadap kekuatan Gaib. Kekuatan gaib tersebut dapat mengambil
bentuk bermacam macam. Dalam agama primitif kekuatan gaib tersebut dapat
mengambil bentu benda-benda yang memiliki kekuatan mesterius (sakti), ruh, jiwa
yang terdapat pada benda-benda yang memiliki kekuatan gaib. Tuhan atau Allah dala istilah lebih khusus dala
agama islam.
Unsur kedua yaitu bahwa kebahagiaan dan
kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat nanti tergantung pada adanya
hubungan yang baik dengan kekuatan gaib yang dimaksud.
Unsur ketiga
yaitu adanya rasa respons yang bersifa emosional dari manusia. Respons tersebut
dapat mengambil bentuk rasa takut, penyembahan dan pada akhirnya respons
tersebut mengambil bentuk dan cara hidup tertentu bagi masyarakat yang bersangkutan.
Unsur keempat
yaitu, paham tentang adanya kudus dan suci dalam bentuk kekuatan gaib, dan
dalam bentuk kitab yang mengandunga jaran-ajaran agama yang bersangkutan,
peralatan menyelenggarakan upacara dan sebagainya.[7]
B Funsi Agama Bagi Manusia.
Berbicara fungsi
agama bagi kehidupan manusia tidak terlepas dari tantangan-tantangan yang
dihadapinya, baik secara induvidu maupun masyarakat. Seperti diketahui melalui penjelasan tuhan,
manusia telah dilengkapi dengan seperangkat potensi anugerah Allah diantaranya
alat indra dan akal.
untuk menjawab tantangan dan permasalahan yang muncul
di tengah-tengah kehidupan, manusia memerlukan pedoman baik secara global
maupun secara rinci yang dapat dijadikan pedoman dalam menyelsaikan
permasalahan yang ada dalam kehidupan baik secara induvidu maupaun masyarakat. Pedoman
yang dimaksud adalah aturan, undang-undang dan hukum yang terhimpun dalam
Agama.
Menurut al-Thabathaba’i[8]
menyebutkan peran agama yaitu:
- Agama sebaga alat control, dalam hal ini agama berfungsi sebagai pengawas dan pengontrol terhadap perbuatan-perbuatan lahir seperti yang dimiliki oleh hukum yang dibuat manusia.
- Agama sebagai sarana yang mendorong kejiwaan melakukan amar ma’ruf nahi munkar, yang dapat membuat setiap induvidu saling mengawasi perbuatan masing-masing.
- Agama mengikat bahwa semua perbuatan manusia diperhatiakn dan dicatat, dan diakhirat akan diperikasa secara teliti.
- Di dalam agama khususnya agama islam diungakap bahwa Allah adalah penguasa pemiliki alam semesta, dan Dia mengetahuai serta melihat semua perbuatan yang dilakukan manusia.
Diamaping itu ada hukum akhirat yang telah di
tentukan bagi semua orang yang melanggar dan meninggalkan perintah Allah, yang
sebagaimana di dunia ada hukum yang ditentukan oleh hukum yang dibuat manusia.
·
mensucikan jiwa dan membersihkan hati
·
membentuk
sikap patuh dan taat serta menimbulkan sikap dan perasaan mengagungkan Tuhan.
·
Memberi
pedoman pedoman kepada manusia dalam menciptakan kebaikan hidup secara mantap
dengan cara mempererat hubungan dengan tuhan sbagai pencipta.
Sejalan dengan pendapat di atas,
Al-Zuhayli mengemukakan bahwa fungsi agama itu setidaknya ada enam yaitu:
- Agama Sebagai Pemenuhan Kebutuhan Rohani
Manusia adalah makhluk rohani dan jasmani.
Kebutuhan jasmani dipenuhi dengan mkan dan minum, sedangkan kebutuhan rohani
tidak dapt dipnuhi dengan makan dan minum, tetapai dengan iman dan aqidah. Yang
mana kebutuhan ini hanya akan diperoleh dari agama.
- Agama Sebagai Motivasi Dalam Mencapai Kemajuan
Agama sebagai
pemenuhan kebutuhan rohani berorientasi kepada pembebasan manusia dari belenggu
kehinaan, kecemasan, kebodohan, dan kebimbangan, kemudian mengangkatnya
ketingkat kesempurnaan, keagungan dan kemuliaan.
Dengan demikian
nilai-nilai rohani yang diperoleh dari ajaran agama akan tercipta dalam diri
manusia sebagai motor penggerak. Tenaga penggerak ini menjadi motivasi dalam
menciptakan perdamaian, pembangunan, dan mengajarkan kesuksesan dalam segala
aktivitas.
- Agama Sebagai Pedoman Hidup
Di dalam hidup
dan kehidupannya, manusia akan dihadapkan pada kesulitan dan tantangan, baik
berupa ancaman kekuatan jahat dan kezholiman ataupun oleh peristiwa alami.dalam
hal ini ajaran agama memberi tuntunan kepada manusia agar senantiasa mengadakan
hubungan dengan Allah, mohon pertolongan dan pentujuk dari-Nya melalui ikrar.
Selain itu dengan sikap berserah diri dan tunduk kepada-Nya tampa pamrih, secara bertahap akan terbentuk
sikap menerima secara ikhlas untuk tunduk dan patuh kepada hukum-hukum Allah. Dengan kata lain hukum-hukum Allah akan
dijadikan rujukan dan pedoman hidup dalam mengatasi tantangan dan rintangan.
- Agama Sebagai Sarana Pendidika Rohani
Rohani manusia
yang sarat dengan unsur agama, akan mngarahkan jiwanya untuk tunduk dan patuh
kepada Tuhan. Ketundukan dan kepatuhan ini akan membentuk dalam diri manusia
sikap yang mengutamakan pengajaran, menjauhkan siksa, dan takut kepada
kemarahan-Nya serta menghindarkan diri agar tidak melakukan kejahatan dan
kerusakan.
- Agama Sebagai Bentuk Keseimbangan
Agama meletakkan dasar-dasar keseimbangan antara
jasmani, rohani, dan akal. Keseimbangan ketiga unsur ini sangat penting dalam
hidup manusia, sebab bila salah satu bagian dari unsur itu lebih dominan,
seperti hawa nafsu, misalnya, maka
manusia akan cendrung berprilaku seperti hewan. Sebaliknya jika unsur akal yang
mendominasi dari unsur yang lainnya, maka ia akan terbawa pada cara berfikir
menyesatkan. Sedangkan bila unsur rohani semata yang mndominasi hingga unsur
jasmani dan materi terabaikan, maka manusia akan cendrung bersikap menyendiri
yang mana dapat membekukan akal.
- Agama Sebagai Pembentuk Kemantangan Jiwa
Manusia pada
dasarnya sangat membutuhkan agama agar ada jaminan bagi ketenangan jiwa dalam
dirinya. Sejalan denagan kebutuhan tersebut, agama menganjurkan manusia
menjauhi segala bentuk perbuatan yang menjurus pada pengrusakan fisik atau yang
akan membahayakan diri seseorang. Karenanya agama melarang semua tindakan yang
dapat membahayakan tubuh, dan sebaliknya menganjurkan kepada manusia gar dapat
mengunakan segala sarana yang bermanfaat untuk memilihara hidup dan menjaga
keselamatan serta menghindari dari kemungkinan keburukan, melalui ini agama
menganjurkan untuk brtaubat.[10]
Setelah
mengemukakan beberapa pendapat para ahli tentang funsi agama bagi manusia, baik
secara induvidu maupun masyarakat, maka berikut ini akan dikemukakan fungsi
Agama menurut Al-Qur’an dengan merujuk kepada ayat-ayat tentang agama.
Fungsi Agama
menurut Al-Qur’an dapat dikemukakan sebagai berikiut:
1)
Memberikan informasi kepada umat manusia, bahwa Tuhan
itu Esa, karena itu beribadat dan taat hanya ditunjukkan kepada-Nya.[11]
2)
Untuk mengontrol prilaku manusia baik dalam hubungannya
kepada Allah maupun kepada sesamanya. Dengan adanya konrol diharapkan umat
manusia akan menjadi hamba yang taat dan menjadi warga masyarakat yang baik.
3)
Mendidik manusia agar berlaku jujur dan bertindak adil
dalam segala hal[12], karena
dengan jujur dan bertindak adil akan menciptakan kedamaian.
4)
Mendidik manusia agar tidak bersikap sombong dan
bersifat dendam.[13]
5)
Menamkan sifat social kemasyarakatan yang tinggi
terhadap sesamanya dengancara mengeluarkan berupa zakat[14],
infaq, dan shadekah.[15]
6)
Mendidik dan memotivasi kepada pemeluk agama untuk
menumbuh kembangkan siakp tolong menolong antara sesama, sebagaiman yang telah
dipraktikkan oleh kaum Anshar kepada kaum Muhajirin.[16]
7)
Agama merupakan motivator, dinamisator, stabilator
dalamdiri manusia, hingga dia senantiasa melakukan kebaikan dan meningalkan
keburukan dengan kesadaran bahwa segala yang dilakukan pasti diketahui oleh
Tuhan Maha Pencipta.[17]
8)
Mendidik manusia agar dapat memilih dan menentukan
akidah yang tepat dan benar-benar sesuai dengan fitrah manusia[18],
guna mendapatkan kebahagian di akhirat.[19]
9)
Memberi motivasi agar manusia menuntut ilmu pengetahuan
baik pengetahuan tentang agama maupun umum.[20]
10) Untuk
membina akhlak dan persaudaraan intern dan antar ummat.[21]
C. Agama dan Fitrah Manusia Di Dalam Al-Qur’an.
Spirit telah
dijelaskan pada pembahasan sebelumnya, agama adalah peraturan Ilahi yang
mengantarkan orang-orang yang berakal sehat , atas kehendak mereka sendiri,
menuju kebahagian dunia dan akhirat. Sehubungan dengan pengertian diatas,
tampaknya Al-Qur’an sendiri telah memuat pernyataan tentang hal ini jauh
sebelum pengertian tadi dirumuskan. Allah dalam berbagai ayat al-Qur’an telah
menegaskan bahwa agama diturunkan-Nya kepada manusia melalui para nabi dan
rasul adalah untuk kebahagiaan ummat manusia di dunia dan diakhirat.
Kenyataanya
bahwa manusia memiliki fitrah keagamaan tersebut, yakni agama adalah kebutuhan
fitrah manusia, fitrah keagamaan inilah yang melatarbelakangi perlunya manusia
pada agama.
Oleh karenanya
ketika datang wahyu Tuhan yang menyeru manusia agar beragama, maka seruan
tersebut memang amat sejalan dengan fitrahnya itu.
Dalam konteks
ini perhatikan ayat Al-Qur’an QS.Rum:30
óOÏ%r'sù y7ygô_ur ÈûïÏe$#Ï9
$ZÿÏZym 4 |NtôÜÏù «!$# ÓÉL©9$# tsÜsù
}¨$¨Z9$# $pkön=tæ
4 w @Ïö7s?
È,ù=yÜÏ9 «!$# 4 Ï9ºs ÚúïÏe$!$#
ÞOÍhs)ø9$# ÆÅ3»s9ur
usYò2r& Ĩ$¨Z9$# w tbqßJn=ôèt ÇÌÉÈ
Artinya
:
Maka hadapkanlah wajahmu dengan
Lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan
manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah)
agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.( QS.Rum:30 )
Adanya potensi fitrah
beragama yang terdapat pada manusia tersebut dapat pula dianalisis dari istilah
ihsan yang digunakan al-Qur’an untuk menunjukkan manusia . dengan mengacu
kepada informasiyang diberikan Al-Qur’an, Musa Asy’ari membuat suatu kesimpulan
bahwa manusia Insan adalah manusia yang menerima pelajaran dari tuhan tentang
apa yang tidak di ketahui dengan kata lain bahwa manusia yang disebut insan
yang dalam Al-Qur’an dipakai untuk menunjukkan lapangan kegiatan manusia yang
amat luas adalah terletak pada kemapuan mengguanakan akalnya dan mewujudkan
pengetahuan konseptualnya dalam kehidupan konkret. Hal demikian berbeda dengan
kata Basyar yang digunakan al-Qur’an untuk menyebut manusia dalam pengertian
lahiriyah yang membutuhkan makan, minum, pakaian, tempat tinggal, dan kemudian
mati.
Informasi
mengenai potensi beragama yang dimiliki manusia itu dapat pula dijumpai dalam
aya Al-Qur’an QS. Al-A’raf: 172 sebagai berikut.
øÎ)ur
xs{r&
y7/u
.`ÏB ûÓÍ_t/
tPy#uä `ÏB
óOÏdÍqßgàß öNåktJÍhè öNèdypkôr&ur #n?tã
öNÍkŦàÿRr& àMó¡s9r& öNä3În/tÎ/ ( (#qä9$s% 4n?t/
¡ !$tRôÎgx© ¡ cr&
(#qä9qà)s? tPöqt
ÏpyJ»uÉ)ø9$# $¯RÎ) $¨Zà2 ô`tã #x»yd
tû,Î#Ïÿ»xî ÇÊÐËÈ
Artinya
:
dan
(ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi
mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman):
"Bukankah aku ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau
Tuban kami), Kami menjadi saksi". (kami lakukan yang demikian itu) agar di
hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah
orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)",( QS. Al-A’raf: 172 )
Berdasrkan informasi
tersebut terlihat dengan jelas bahwa manusia secara fitri merupakan makhluk
yang memiliki kemampuan untuk beragama hal demikian sejalan dengan petunjuk
Nabi dalam salah satu haditsnya yang menyatakan bahwa setiap anak yang
dilahirkan memiliki fitrah (potensi kagamaan ) maka kedua orang tuanyalah yang
menjadikan anak tersebut menjadiYahudi, Nasrani, Majusi.
Melalui urain
yang singkat diatas ini dapat kita buat kesimpulan bahwa latar belakang
perlunya manusia pada agama adalah karena dalam diri manusia sudah terdapat
potensi beragama. Potensi beragama ini memerlukan pembinaan, pengarahan dan
pengembangan dan seterusnya dengan cara mengenalkan agama kepadanya.
KESIMPULAN
Agama yang pada hakekatnya
adalah keyakinan akan adanya Tuhan yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan
manusia, maka sangat perlu dipahami secaraseksama oleh setiap manusia.Dalam
uraian ini akan kemukakan pengertian agama, hubungan agama dengan manusia, manfa’at
agama, klasifikasi agama,dan agama Islam. Secara bahasa, perkataan ‘’agama’’
berasal dari bahasa Sangsekerta yang erat hubungannya dengan agama Hindu dan
Budha yang berarti ‘’tidak pergi’’tetap di tempat, diwarisi turun temurun’’. Adapun kata din mengandung arti
menguasai, menundukkan, kepatuhan, balasan atau kebiasaan.
Agama merupakan kebutuhan (fitrah) manusia. Berbagai pendapat mengenai
kefitrian agama ini dapat dikaji pada beberapa pemikiran. Misalnya Einstein
menyatakan bahwa sifat sosial manusialah yang pada gilirannya merupakan salah
satu faktor pendorong terwujudnya agama. Manusia menyaksikan maut merenggut
ayahnya, ibunya, kerabatnya serta para pemimpin besar. Direnggutnya mereka satu
persatu, sehingga manusia merasa kesepian dikala dunia telah kosong. Jadi
harapan akan adanya sesuatu yang dapat memberi petunjuk dan pengarahan, harapan
menjadi pencinta dan dicintai, keinginan bersandar pada orang lain dan terlepas
dari perasaan putus asa ; semua itu membentuk dalam diri sendiri dasar kejiwaan
untuk menerima keimanan kepada Tuhan.
DAFTAR PUSTAKA
- Al-Qur’an dan Terjemah,
AL ‘Aliyy, Diponegoro, Bandung : 2005- Abuddin Nata, Metode Studi Islam, Raja wali Press, Jakarta : 2006
- Aflatun Muchtar, Tunduk Kepada Allah Fungsi Dan Peran Agama Dalam Kehidupan Manusia, Khazanah Baru, Jakarta 2001
- Ibrahim Gultom, Agama Mlim Di Tanah Batak, PT.Bumi Aksara, Jakarta : 2010
[1] Aflatun Muchtar, Tunduk
Kepada Allah Fungsi Dan Peran Agama Dalam Kehidupan Manusia, Khazanah Baru,
Jakarta 2001, h.22
[8] Aflatun
Muctar, op.cit, h115
[9] Aflatun
Muctar, h.116
[10] Aflatun
Muctar, h. 121
[11] QS.
Al-Maidah:171; Al-Mu’minun: 65; al-Bayyinah: 5
[12] QS.
Al-A’raf:29
[13] QS.
Al-Hijr: 35
[14] QS.
Al-Tawbah: 11 ; al-Hajj:78
[15] QS. Ali
Imran : 112
[16] QS.
Al-Anfal: 72
[17] QS.
Al-An’am : 103
[18] QS.
Al-Rum: 30 dan 43
[19] QS. Ali
Imran : 85
[20] QS.
Al-Tawbah : 122
[21] QS.
Al-Ahzab: 5 : al-Mumtahanah: 8-9 ; al-Anfal:72
Tidak ada komentar:
Posting Komentar