BAB I
METODE PENDIDIKAN ISLAM
- Pengertian Metode
Secara
etimologi istilah metode berasal
dari bahasa yunani yaitu “Methodos” kata ini terdiri dari dua suku kata yaitu ;
“metha” yang berarti melalui atau melewati dan “hodos” yang berarti jalan atau
cara. Metode berarti jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan. Dalam bahasa
arab metode disebut “Thariqat” dalam kamus besar indonesia metode adalah cara
yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud. Sehingga dapat
dipahami bahwa metode berarti suatu cara yang harus dilalui untuk menyajikan
bhan pelajaran agar tercapai tujuan pembelajaran.[1]
Seiring dengan itu Muhammad Yunus menyatakan
metede adalah jalan yang hendak ditempuh oleh seseorang supaya sampai kepada
tujuan tertentu, baik dalam lingkungan perusahaan atu perniagaan, maupun dalam
upasan ilmu pengetahuan dan lain-lain.[2]
Sedangkan menurut para ahli metode yaitu :
1.
wanarno
Surakhmand, mendefenisikan bahwa metode adalah cara yang didalam fungsinya
merupakan alat untuk mencapai tujuan.
2.
Abu
Ahmadi, mendefenisikan bahwa metode adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara
mengajar yang dipergunakan oleh seseorang guru atau instuktur.
3.
Omar
Muhammad, mendefenisikan bahwa metode mengajar bermakna segala kemestiam mata
pelajaran yang diajarkannya, ciri-ciri perkembangan muridnya, dan suasana alam
sekitarnya dan tujuan menolomg murid-muridnya untuk mencapai proses
pembelajaran yang diinginkan.[3]
Berdasrkan defenisi yang dikemukakan para ahli
mengenai pengertian metode diatas, beberapa hal yang harus ada pada metode
yaitu :
1.
Adanya
tujuan yang hendak dicapai
2.
Adanya
aktivitas uuntuk mencapai tujuan
3.
Aktivitas
itu terjadi saat proses pembelajaran berlangsung
4.
Adanya
perubahan tingkahlaku setelah aktivitas
ini dilakukan
Jika kata metode tersebut dikaitkan dengan
pendidikan islam dapat membawa arti, metode sebagai jalan untuk menanamkan pengetahuan agama pada diri
seseorang anak didika sehingga terlihat didalam kepribadian, yakni berupa objek
sasaran nya berupa kepribadian islam. Selain itu dapat pula membawa arti
sebagai cara untuk memahami, menggali, mengembangkan agama islam, sehingga
terus berkembang sesuai dengan perkembangan zaman.[4]
Jelasnya, ada hubungan antara metode pendidikan
islam yang mana telah dijelaskan bahwa metode adalah cara yang diajarkan oleh pendidik
terhadap anak didiknya, sedangkan pendidikan islamnya mencakup didalamya unsur
keagamaan yaitu agama islam yang tertumpu pada Al-Qur’an dan Hadits.
- Prinsip-Prinsip Metode Pendidikan Islam
Prinsip disebut juga dengan sebutan asas atau dasar. Asas adalah kebenaran
yang menjadi pokok dasr berfikir bertindak dan sebagainya. Dalam hubungannya
dengan metode pendidikan islam berarti Prinsip yang dimaksud disini adalah
dasar pemikiran yang digunakan dalam mengaplikasikan metode pendidikan islam.
Prinsip-prinsip pelaksanaan metode pendidikan
islam menurut Omar Muhammad Al-Toumy Al-Saibaniy adalh sebagai berikut :
1. Mengetahui motivasi, kebutuhan, dan minat
anak didiknya
2. Mengetahui tujuan yang sudah ditetapkan
sebelum pelaksanaan pendidikan
3. Mengetahui tahapkematangan,
perkembangan, serta perubahan anak
didik.
4. Mengetahui perbedaan-perbedaan induvidu di
dalam anak didik.
5. Memperhatikan kepahaman dan mengetahui
hubungan-hubungan integrasi pengalaman dan kelanjutan keaslian pembaharuan dan
kebebasa berfikir.
6. Menjadikan proses pendidikan sebagai
pengalaman yang menggembirakan bagi anak didik.
Sedangkan Muktar Yahya menyebutkan bagwa perinsip
metode pendidikan islam ada empat yaitu :
1. At Tawassu Fil Maqashid la fi’Alat
Prinsip yang menunjukkan untuk menuntut ilmu
sebagi tujuan bukan sebagai alat.
2. Mur’atul Isti’adad Wa Thabi’
Sebuah prinsib yang sangat memperhatikan pembawaan
dan kecendrungan anak didik. Dengan memperhatikan prinsip ini, maka metode yang
digunakan adalah metode yang dapat disesuaikan dengan pembawaan dan
kecendrungan tersebit.
3. At-Tadarruj Fi Talqin
Al-Gazali menyebutkan berilah pelajaran kepada
anak didik sesuai dengan tingkat kemampuan mereka. Aras dasar pemikiran
tersebut bahwa anak didik memiliki tingjkatan-tingkatan kematangan dalam
berfikir, maka setiap pendidik seyogyanya harus mempertimbangkan metode mana
yang tepat diaplikasikan sesuai dengan tingkatan berfikir anaka didik.
4. Min al-Mahasus Ila al-Ma’qul
Tidak dapat dibantah lagi bahwa setiap manusia
lebih mudah memahami segala sesuatu yang dapat ditangkap oleh panca indra.
Sementara hal-hal yang bersifat hiss atau rasional apalagi hal-hal yang
bersifat irrasional, kemampuan akal sulit untuk menagkapnya. Oleh karena itu
prinsip Berangsur-angsur ini merupakn prinsip yang sangat perlu diperhatikan
untuk memilih dan mengaplikasikan sebuah metode sisalam proses belajar dan
mengajar.
M. arifin menetapkan sembilan prinsip yang harus
dipedomani dalam menggunakan metode pendidikan islam, kesembilan prinsip
tersebut adalah :
Prinsip memberikan suasana kegembiraan, prinsip
memberikan layanan dengan lemah lembut, prinsip kebermaknaan, prinsip
prasyarat, prinsipkomunikasi terbuka, prinsip pemberian pengetahuan baru,
prinsip memberikam model prilaku yang baik, prinsip pengamalan secara efektif
dan prinsip kasih sayang.
Jadi prinsip-prinsip pemakaian metode pendidikan
agama islam dapat dibagi kepada sebagai berikut :
a. Pengamalan yang utuh terhadap perserta
didik tentang ; umur, kepribadian dan tingkat kemampuan mereka.
b. Bersetandar kepada tujuan oleh karena itu
metode diaplikasikan untuk mencapai tujuan.
c. Menegakkan “uswah hasanah” (contoh
tauladan yang baik ) terhadap anak didik.
- Asas-Asas Metode Pendidikan Islam
Menurul Al-Syaibani asas-asas umum metode pendidikan islam meliputi :
- Asas Agama
Prinsip, asas-asas dan fakta yang diambil dari
sumber asasi ajaran islam yakni Al-Qur’an dan Sunnah.
- Asas Biologis
Yaitu dasar yang mempertimbangkan kebutuhan
jasmani dan tingkat perkembangan usia anak didik.
- Asas Pisikologis
Yaitu asas yang lahir diatas pertimbangan kekuatan
pisikologis.
- Asas Sosial
Yaitu yang bersumber dari kehidupan sosial manusia
seperti tradisi, kebutuhan-kebutuhan, harapan-harapan, dan tuntutan kehidupan
yang senantiasa maju dan berkembang.[6]
- Metode Pendidikan Rasulullah
Muhammad adalah Nabi saw, dan Rasul Allah. Di
beriakn kepadanya wahyu ( al-Qur’an) sebagai petunjuk dan npengajaran kepada
seluruh umat islam untuk menghadap Allah Swt. Sehingga pendidikan dan pengajran
menitik beratkan kepada nilai agama dan akhlak, serta menganjurkan manusia
menggunakan akal pemikirannya memperhatikan mehklik hidup dan lingkungan.
Dalam menyiarkan agama islam Rasulullah
menggunakan dua cara, yaitu pertama Rasulullah berdakwah secara
sembunyi-sembunyi yakni rasul hanya mengajak keluarganya. Kemudian kedua Rasulullah
secara terang-terangan yakni, dengan berpidato di depan khalayak ramai sambil
membacakan ayat-ayat al Qur’an yang berisi petunjuk, pribadatan kepada Allah
swt. Media dakwahnya, Rasulullah memberikan pelajaran agama Islam di rumah-rumah
dan dimasjid-masjid.[7]
1. Mendidik dengan
Contoh Teladan
Nabi Muhammad SAW. Merepresentasikan dan
mengekspresikan apa yang ingin diajarkan melalui tindakannya, dan kemudian
menerjemahkan tindakannya ke dalam kata-kata. Bagaimana memuja Allah SWT.,
bagaimana bersikap sederhana, bagaimana duduk dalam shalat dan do’a, bagaimana
sujud dengan penuh perasaan, bagaimana tunduk, bagaimana nangis kepada Allah
SWT. di tengah malam, bagaimana makan, bagaimana tertawa, bagaimana berjalan-
semuanya itu dilakukan oleh Rasulullah SAW. Seluruh perilaku Rasulullah SAW.
tersebut kemudian menjadi acuan bagi para sahabat sekaligus merupakan
materi pendidikan yang tidak langsung.
Mendidik dengan contoh (keteladanan) adalah salah
satu strategi pembelajaran yang dianggap besar pengaruhnya, hal ini sudah
dibuktikan oleh Nabi Muhammad SAW. Sebagai hasilnya, apapun yang
diajarkan dapat diterima dengan segera dari dalam keluarga dan oleh masyarakat
pengikutnya, karena ucapannya menembus ke hati mereka. Segala yang
dicontohkan oleh Rasulullah dalam kehidupannya merupakan cerminan kandungan
al-Qur’an secara utuh, sebagaimana firman Allah dalam Q.S. Al-Ahzab: 21.
“Sesungguhnya
telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi
orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak
menyebut Allah”.
2. Mendidik
dengan Targhib dan Tarhib
Kata targhib
berasal dari kata kerja ragghaba yang berarti; menyenangi, menyukai dan
mencintai, kemudian kata itu diubah menjadi kata benda targhib yang
mengandung makna “:suatu harapan untuk memperoleh kesenangan, kecintaan dan
kebahagiaan. Semua itu dimunculkan dalam bentuk janji-janji berupa keindahan
dan kebahagiaan yang dapat merangsang/mendorong seseorang sehingga timbul
harapan dan semangat untuk memperolehnya. Secara psikologi, cara itu akan
menimbulkan daya tarik yang kuat untuk menggapainya. Sedangkan istilah tarhib
berasal dari kata rahhaba yang berarti; menakut nakuti atau mengancam. Lalu kata itu diubah menjadi kata benda tarhib
yang berarti; ancaman hukuman.
Untuk
kedua istilah itu, Al-Nahlawi mendefinisikan bahwa yang dimaksud dengan targhib
adalah janji yang disertai dengan bujukan yang membuat senang
terhadap suatu yang maslahat, terhadap kenikmatan atau kesenangan akhirat
yang baik dan pasti serta suka kepada kebersihan dari segala kotoran,
yang kemudian diteruskan dengan melakukan amal saleh dan menjauhi kenikmatan
selintas yang mengandung bahaya dan perbuatan buruk. Sementara tarhib
ialah suatu ancaman atau siksaan sebagai akibat melakukan dosa atau kesalahan
yang dilarang Allah SWT., atau akibat lengah dalam menjalankan kewajiban yang
diperintahkan Allah SWT.
Nabi
Muhammad SAW. dalam rangka menyampaikan pendidikan kepada masyarakat terkadang
dengan ungkapan yang bersifat pemberian rangsangan (targhib) atau
dengan ungkapan-ungkapan yang bersifat ancaman (tarhib), kedua sifat
ungkapan ini dilakukan oleh Rasulullah SAW. semata-mata sebagai sebuah
strategi, agar pesan-pesan pendidikan dapat sampai kepada obyek pendidikan.
3.
Mendidik dengan Perumpamaan (Amtsal)
Perumpamaan
dilakukan oleh Rasulullah SAW. sebagai salah satu strategi pembelajaran untuk
memberikan pemahaman kepada obyek sasaran materi pendidikan semudah mungkin,
sehingga kandungan maksud dari suatu materi pelajaran dapat dicerna dengan
baik, strategi ini dilakukan dengan cara menyerupakan sesuatu dengan sesuatu
yang lain, mendekatkan sesuatu yang abstrak dengan yang lebih konkrit.
Perumpamaan
yang digunakan oleh Rasulullah SAW. sebagai salah satu strategi pembelajaran
selalu syarat dengan makna sehinga benar-benar dapat membawa sesuatu yang
abstrak kepada yang konkrit atau menjadikan sesuatu yang masih samar dalam
makna menjadi sesuatu yang sangat jelas.
4. Mendidik
dengan Nasihat
Nabi
Muhammad SAW. sering sekali kedatangan masyarakat dari berbagai kalangan,
mereka datang kepada Nabi Muhammad SAW. khusus untuk meminta nasihat
tentang berbagai hal, siapa saja yang datang untuk meminta nasihat kepada
Rasulullah SAW., beliau selalu memberikan nasihat sesuai dengan permintaan,
selanjutnya nasihat tersebut dijadikan pegangan dan landasan dalam kehidupan
mereka.
5. Mendidik
dengan cara memukul
Dalam
hal tertentu, khususnya untuk membiasakan mengerjakan shalat bagi setiap muslim
sejak dini, Rasulullah SAW. menganjurkan kepada setiap orang tua untuk menyuruh
(dengan kata-kata) kepada setiap anaknya, ketika mereka berusia tujuh
tahun agar mau melaksanakan ibadah shalat, selanjutnya Rasulullah SAW.
menganjurkan jika anak pada usia sepuluh tahun belum mau melaksanakan shalat
maka pukullah ia.
Perintah
memukul ini mengandung makna yang sangat dalam, mengingat Rasulullah SAW.
sendiri dalam kontek pendidikan, tidak pernah memukul (dengan tangan) selama
hidupnya. Perintah ini hanyalah menunjukan ketegasan Rasulullah SAW. untuk
menanamkan kebiasaan positif yang harus dimulai sejak anak-anak. Hadis
riwayat Ahmad dan Abu Daud dari Amir ibn Syuaib dari ayahnya dari kakeknya
berkata ;
“Perintahkanlah
anak-anakmu mengerjakan shalat di kala mereka berumur tujuh tahun, dan pukullah
mereka karena mereka tidak mengerjakannya di kala mereka berumur 10 tahun dan
pisahkanlah tempat tidurnya”
Memukul
dalam hal ini tidak dilandasi oleh emosional dan kemarahan, tetapi sebaliknya
memukul dalam konteks Hadis di atas harus dilandasi dengan kasih sayang,
keikhlasan dan dengan tujuan semata-mata karena Allah SWT. Dalam peristiwa yang
lain (bukan dalam hal shalat) Rasulullah SAW. bersabda; bahwa sebaiknya
pukulan itu dilakukan tidak berkali-kali, bahkan cukup satu kali saja. Hadis
riwayat Bukhari dari Anas ibn Malik ra.
“ …
Sesungguhnya kesabaran itu ketika pukulan pertama”
E. Metode di Dalam Pendidikan
Banyak buku-buku yang membahas berbagai macam
metode di dalam berbagai pengajaran, banyak para pakar pendidikan yang memberikan
pendapatnya tentang metode metode di dalam pendidikan. Jadi secara umum metode
di dalam pendidikan itu yaitu :
a. Metode caramah
Metode caramah adalah cara penyampaian informasi
melalui penuturan secara lisan kepada peserta didik.
b. Metode Tanya Jawab
metode tanya jawab
adalh suatu cara mengajar dimana seorang guru mengajukan beberapa pertanyaan
kepada murid, tentang bahan pelajaran yang telah diajarkan atau bacaan yang
telah dibaca.
c. Metode
Diskusi
Metode diskusi adalah
suatu cara penyajian atau penyampaian bahan pelajaran, dimana pendidik
memberikan kesempatan kepada perseta didik untuk membicarakn atau menganalisis
secara ilmiyah guna mengumpulkan pendapat, untuk membuat suatu kesimpulan atau
menyusun berbaga altenatif pemecahan suatu masalah. Abdurrahman Anahlawi
menyebut metode ini dengan aebutan Hiwar( dialog)
d. Metode
Pemberian Tugas
Metode pemberian tugas
adalh suatu cara mengajar dimana seorng guru memberikan tugas-tugas tertentu
kepada murid –murid, seangkan hasil tersebut diperiksa oleh guru , sedangkan
murid mempertanggung jawabkannya.
e. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi
adalh suatu cara mengajar dimana gueru pempertunjukkan tentang proses sesuatu
pelajaran yang sedang dibahas.
f. Metode Eksperimen
suatu cara mengajr
dengan menyuruh murid melakukan suatu percobaan dan setiap proses serta hasil
percobaan itu diamati oleh murid,sedangkan guru memperhatikan yang dilakukan
oleh murid sambil memberikan arahan.
g. Metode
Amsal atau Perumpamaan
Yaitu cara mengajr
dimana guru menyampaikan meteri pelajran melalui contoh atau perumpamaan.
h. Metode Targhib dan Tarhib
Y aitu cara mengajar
dimana guru memberikan materi pembelajarn dengan menggunakan ganjaran terhadap
kebaikan, dan sedangkan hukuman terhadap keburukan. Agar peserta didik melakukan
kebaikan dan menjauhi keburukan
i. Metode
Pengulangan ( tikror)
Yaitu cara mengajar
dimana guru memberikan materi yang diajarkan dengan cara mengulang-ngulang
materi tersebut, dengan harapan siswa bisa mengingat lebih lama meteri yang
disampaikan.[8]
BAB
II
KESIMPULAN
Secara umum Metode berarti jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan. Dan
bisa dikatakan juga metede adalah jalan yang hendak ditempuh
oleh seseorang supaya sampai kepada tujuan tertentu, baik dalam lingkungan
perusahaan atu perniagaan, maupun dalam upasan ilmu pengetahuan dan lain-lain.
Jika kata metode tersebut dikaitkan dengan pendidikan islam dapat membawa
arti, metode sebagai jalan untuk
menanamkan pengetahuan agama pada diri seseorang anak didika sehingga
terlihat didalam kepribadian, yakni berupa objek sasaran nya berupa kepribadian
islam. Selain itu dapat pula membawa arti sebagai cara untuk memahami,
menggali, mengembangkan agama islam, sehingga terus berkembang sesuai dengan
perkembangan zaman.
Metode pendidikan Rasulullah yaitu mendidik dengan Contoh Tauladan, mendidik
dengan Targhib dan Tarhib, mendidik dengan Perumpamaan (Amtsal), mendidik
dengan Nasehat dan mendidik denga cara Memukul.
DAFTAR PUSTAKA
- Armai Arif, Pengantar Ilmu
Pndidikan Islam, Ciputat Press, Jakarta,2002
- Muhammad Yunus, Ilmu Mengajar,
Pustaka Muhammadiyah, Jakarta,1998
- Adi Surya, Metode Pendidikan
Rasulullah, Suara Muhammadiyah, Malang,2008
- O. Hashem, Muhammad Sang Nabi, Tama, Jakarta,2007
- Zuhairini Dkk, Khusus Pendidiakan Agama, Usaha
Nasional, Surabaya,1996
[1]
Armai Arif, Pengantar Ilmu Pndidikan
Islam, Ciputat Press, Jakarta,
h.40
[2] Muhammad Yunus, Ilmu Mengajar, Pustaka Muhammadiyah, Jakarta, h.7
[3]
Adi Surya, Metode Pendidikan Rasulullah,
Suara Muhammadiyah, Malang,
h.4
[4]
Opcit Armai, h. 88
[5]
Ibid, Armai, h.93
[6]
Armai, h.68
[7] O. Hashem, Muhammad Sang Nabi, Tama, Jakarta, h.58
Tidak ada komentar:
Posting Komentar