Selasa, 06 Desember 2011

Islam di Spanyol


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah
Semangat Cordova yang selalu “haus” ilmu pengetahuan perlu menjadi jawaban atas kelemahan-kelemahan yang terjadi di dunia muslim saat ini. Harus dihilangkan asumsi muslim sebagai yang terbelakang, gagap teknologi, dan malas berpikir (rasional dan ilmiah), terlebih di Dunia Ketiga.
Selain peradaban Baghdad di bawah Dinasti Abbasiyah, Islam mencapai kecemerlangan ketika fase Cordova dalam naungan Bani Umayyah. Dua peradaban itu, Baghdad dan Cordova, pernah menjadi pusat kekuatan di dua kutub Islam: Timur dan Barat. Nama-nama besar seperti Marshal Hodgson, Karen Armstrong dan Montgomery Watt pun harus mengakui Islam Baghdad dan Cordova sebagai catatan sejarah “peradaban emas” (the golden civilization) Islam yang menjadi “kiblat” peradaban lain, termasuk Barat, dalam progresivitas pemikiran, seni, keilmuan, teknologi, dan kebudayaan.
B. Tujuan Pembahasan
Adapun tujuan dari pembahasan ini ialah untuk memenuhi tugas yang dipercayakanoleh dosen pembimbing kepada kami, selanjudnya tujuanya pembahasan ini juga agar kita mengetahui tentang sejarah Peradapan islam di andalusia,kemudian yang di kemukakan berhubungan dengan masuknya islam di Andalusia, keajuan yang diperoleh dan kemunduran dari Andalusia itu sendiri . 
C. Metode Penulisan
Makalah ini ditulis dalam tiga bab, Bab pertama berisi pendahuluan, kemudian Bab kedua berisi pembahasan yang dibahasa yakni Sejarah Peradapan islam di Andalusi, dan selanjudnya pada Bab ke tiga berisi kesimpulan sekaligus penutup dari pembahasan

BAB II
PEMBAHSAN
A. Masuknya Islam Ke Spanyol
Spanyol mulai dikuasai oleh umat Islam pada masa pemerintahan khalifah Al Walid bin Abdul Malik (705-715 M), beliau adalah salah seorang khalifah yang berasal dari dinasti Umayah yang berkedudukan dikota Damaskus ( Syiria ). Sebelum menguasai Spanyol ( Andalusia ), angkatan perang Islam telah lebih dulu menguasai Afrika Utara yang akan dipergunakan sebagai batu loncatan untuk dapat menguasai Spanyol. Afrika Utara berhasil dikuasai pada masa pemerintahan khalifah Abdul Malik (685-705),yang merupakan ayah dari khalifah Al-Walid. Penguasaan Afrika Utara dipimpin oleh dua orang panglima Islam yang gagah berani yaitu panglima Hasan Ibn Nu’man dan Musa Ibn Nusair. Selanjut nya Hasan Ibn Nu’man diangkat menjadi gubernur Afrika Utara yang kemudian digantikan oleh Musa Ibn Nusair.[1]
Dalam usaha menaklukkan dan menguasai Spanyol, Dinasti Umayah mengirimkan tiga orang panglima perang Singa Padang Pasir sekaligus pahlawan Islam, mereka adalah Tharif bin Malik, Thariq bin Ziyad dan Musa bin Nusair. Pasukan panglima Tharif bin Malik berangkat lebih dulu, panglima Tharif lebih tepat disebut sebagai perintis dan penyelidik. Dengan memimpin sebanyak lima ratus orang pasukan perang, Tharif dan pasukannya bergerak menuju Spanyol dengan menumpangi empat buah kapal yang disediakan oleh Julian (gubenur wilayah Septah ). Dalam penyerbuan itu Tharif tidak mendapatkan perlawanan yang berarti, setelah mendapatkan kemenangan ia pun kembali ke Afrika Utara dengan membawa harta rampasan perang.
Pada tahun 711 M, gubenur Afrika Utara Musa bin Nusair mengirim pasukan Islam ke Spanyol di bawah pimpinan panglima Thariq bin Ziyad dengan jumlah pasukan sebanyak tujuh ribu orang. Dengan menumpangi kapal yang dipinjamkan oleh Julian, Pasukan Thariq bin Ziyad sampai di tanah Spanyol. Sebuah gunung tempat pertama sekali Thariq dan pasukan nya mendarat dan menyiapkan pasukan, diberi nama Jabal Thariq (Gilbraltar). Dalam sebuah pertempuran disuatu tempat yang bernama Bakkah, Pasukan Thariq bin Ziyad berhasil mengalahkan raja Goliath dan adik nya raja Roderick dari kerajaan kristen Gothic ( Goth ) yang selama ini berkuasa di Spanyol. Setelah itu berturut-turut pasukan Islam berhasil menguasai kota-kota penting dan strategis lainnya seperti Cordova, Granada dan Toledo (ibu kota kerajaan Gothic). Sebelumnya panglima Thariq bin Ziyad telah mendapatkan tambahan pasukan dari gubernur Musa bin Nusair sebanyak 5000 orang pasukan, sehingga jumlah pasukan Islam seluruh nya berjumlah 12.000 orang . Sedangkan pasukan Kristen Gothic berkekuatan sebanyak 100.000 orang pasukan, dalam peperangan ini pasukan Islam mendapatkan kemenangan walaupun kalah dalam jumlah.
Sementara itu pada tahun 750 M, dinasti Umayyah di Damaskus berhasil di gulingkan dan di runtuhkan oleh pasukan pemberontak yang dipimpin oleh Abdullah Al Saffah (750-1258 M) yang merupakan keturunan dari paman nabi yang bernama Abbas bin Abdul Multhalib, yang selanjutnya mendirikan dinasti Abbasiyah di Bahgdad Irak. Khalifah terakhir dinasti Umayyah yang bernama Mawan bin Muhammad dapat dibunuh oleh pasukan Abbasiyah di Mesir. Salah seorang keturunan Dinasti Umayah dapat meloloskan diri ke Spanyol yang masih berada dibawah kekuasaan dinasti Umayyah. Pangeran yang beruntung itu bernama Abdurrahman Al Dakhil atau yang lebih dikenal dengan gelar Abdurrahman I.[2]
B. Kemajuan Peradapan Andalusia
            Umat Islam di Spanyol telah mencapai kejayaan yang gemilang, banyak prestasi yang mereka peroleh, bahkan pengaruhnya membawa Eropa dan juga dunia kepada kemajuan yang lebih kompleks, terutama dalam hal kemajuan intelektual dan pembangunan fisik
1. Kemajuan Intelektual
Spanyol adalah negeri yang subur. Kesuburan itu mendatangkan penghasilan ekonomi yang tinggi dan pada gilirannya banyak menghasilkan pemikir. Masyarakat Spanyol Islam merupakan masyarakat majemuk yang terdiri dari komunitas-komunitas Arab (Utara dan Selatan), al-Muwalladun (orang-orang Spanyol yang masuk Islam), Barbar (umat Islam yang berasal dari Afrika Utara), al-Shaqalibah (penduduk daerah antara Konstantinopel dan Bulgaria yang menjadi tawanan Jerman dan dijual kepada penguasa Islam untuk dijadikan tentara bayaran), Yahudi, Kristen Muzareb yang berbudaya Arab, dan Kristen yang masih menentang kehadiran Islam. Semua komunitas itu, kecuali yang terakhir, memberikan saham intelektual terhadap terbentuknya lingkungan budaya Andalus yang melahirkan Kebangkitan Ilmiah, sastra, dan pembangunan fisik di Spanyol. [3]
a. Filsafat
Islam di Spanyol telah mencatat satu lembaran budaya yang sangat brilian dalam bentangan sejarah Islam. Ia berperan sebagai jembatan penyeberangan yang dilalui ilmu pengetahuan Yunani-Arab ke Eropa pada abad ke-12. Minat terhadap filsafat dan ilmu pengetahuan mulai dikembangkan pada abad ke-9 M selama pemerintahan penguasa Bani Umayyah yang ke-5, Muhammad ibn Abdurrahman (832-886 M).
Atas inisiatif al-Hakam (961-976 M), karya-karya ilmiah dan filosofis diimpor dari Timur dalam jumlah besar, sehingga Cordova dengan perpustakaan dan universitas-universitasnya mampu menyaingi Baghdad sebagai pusat utama ilmu pengetahuan di dunia Islam. Apa yang dilakukan oleh para pemimpin dinasti Bani Umayyah di Spanyol ini merupakan persiapan untuk melahirkan filosof-filosof besar pada masa sesudahnya.
Tokoh utama pertama dalam sejarah filsafat Arab-Spanyol adalah Abu Bakr Muhammad ibn al-Sayigh yang lebih dikenal dengan Ibn Bajjah. Dilahirkan di Saragosa, ia pindah ke Sevilla dan Granada. Meninggal karena keracunan di Fez tahun 1138 M dalam usia yang masih muda. Seperti al-Farabi dan Ibn Sina di Timur, masalah yang dikemukakannya bersifat etis dan eskatologis. Magnum opusnya adalah Tadbir al-Mutawahhid.
Tokoh utama kedua adalah Abu Bakr ibn Thufail, penduduk asli Wadi Asy, sebuah dusun kecil di sebelah timur Granada dan wafat pada usia lanjut tahun 1185 M. Ia banyak menulis masalah kedokteran, astronomi dan filsafat. Karya filsafatnya yang sangat terkenal adalah Hay ibn Yaqzhan.
Bagian akhir abad ke-12 M menjadi saksi munculnya seorang pengikut Aristoteles yang terbesar di gelanggang filsafat dalam Islam, yaitu Ibn Rusyd dari Cordova. Ia lahir tahun 1126 M dan meninggal tahun 1198 M. Ciri khasnya adalah kecermatan dalam menafsirkan naskah-naskah Aristoteles dan kehati-hatian dalam menggeluti masalah-masalah menahun tentang keserasian filsafat dan agama. Dia juga ahli fiqh dengan karyanya Bidayah al- Mujtahid.
b. Sains
IImu-ilmu kedokteran, musik, matematika, astronomi, kimia dan lain-lain juga berkembang dengan baik. Abbas ibn Famas termasyhur dalam ilmu kimia dan astronomi. Ialah orang pertama yang menemukan pembuatan kaca dari batu. Ibrahim ibn Yahya al-Naqqash terkenal dalam ilmu astronomi. Ia dapat menentukan waktu terjadinya gerhana matahari dan menentukan berapa lamanya. Ia juga berhasil membuat teropong modern yang dapat menentukan jarak antara tata surya dan bintang-bintang. Ahmad ibn Ibas dari Cordova adalah ahli dalam bidang obat-obatan. Umm al-Hasan bint Abi Ja’far dan saudara perempuan al-Hafidz adalah dua orang ahli kedokteran dari kalangan wanita.
Dalam bidang sejarah dan geografi, wilayah Islam bagian barat melahirkan banyak pemikir terkenal, Ibn Jubair dari Valencia (1145-1228 M) menulis tentang negeri-negeri muslim Mediterania dan Sicilia dan Ibn Batuthah dari Tangier (1304-1377 M) mencapai Samudera Pasai dan Cina. Ibn al-Khatib (1317-1374 M) menyusun riwayat Granada, sedangkan Ibn Khaldun dari Tunis adalah perumus filsafat sejarah. Semua sejarawan di atas bertempat tinggal di Spanyol, yang kemudian pindah ke Afrika. Itulah sebagian nama-nama besar dalam bidang sains. [4]
c. Fiqih
Dalam bidang fiqh, Spanyol Islam dikenal sebagai penganut mazhab Maliki. Yang memperkenalkan mazhab ini di sana adalah Ziad ibn Abdurrahman. Perkembangan selanjutnya ditentukan oleh Ibn Yahya yang menjadi Qadhi pada masa Hisyam Ibn Abdurrahman. Ahli-ahli Fiqh lainnya diantaranya adalah Abu Bakr ibn al-Quthiyah, Munzir Ibn Sa’id al-Baluthi dan Ibn Hazm yang terkenal.
d. Musik dan Kesenian
Dalam bidang musik dan suara, Spanyol Islam mencapai kecemerlangan dengan tokohnya al-Hasan Ibn Nafi yang dijiluki Zaryab. Setiap kali diselenggarkan pertemuan dan jamuan, Zaryab selalu tampil mempertunjukkan kebolehannya. Ia juga terkenal sebagai penggubah lagu.
Ilmu yang dimiliknya itu diturunkan kepada anak-anaknya baik pria maupun wanita, dan juga kepada budak-budak, sehingga kemasyhurannya tersebar luas.
e. Bahasa dan Sastra
Bahasa Arab telah menjadi bahasa administrasi dalam pemerintahan Islam di Spanyol. Hal itu dapat diterima oleh orang-orang Islam dan non-Islam. Bahkan, penduduk asli Spanyol menomorduakan bahasa asli mereka. Mereka juga banyak yang ahli dan mahir dalam bahasa Arab, baik keterampilan berbicara maupun tata bahasa. Mereka itu antara lain: Ibn Sayyidih, Ibn Malik pengarang Aljiyah, Ibn Khuruf, Ibn al-Hajj, Abu Ali al-Isybili, Abu al-Hasan Ibn Usfur, dan Abu Hayyan al-Ghamathi. Seiring dengan kemajuan bahasa itu, karya-karya sastra bermunculan, seperti Al-’Iqd al-Farid karya Ibn Abd Rabbih, al-Dzakhirahji Mahasin Ahl al-Jazirah oleh Ibn Bassam, Kitab al-Qalaid buah karya al-Fath ibn Khaqan, dan banyak lagi yang lain.[5]
2. Kemegahan Pembangunan Fisik
Aspek-aspek pembangunan fisik yang mendapat perhatian ummat Islam sangat banyak. Dalam perdagangan, jalan-jalan dan pasar-pasar dibangun. Bidang pertanian demikian juga. Sistem irigasi baru diperkenalkan kepada masyarakat Spanyol yang tidak mengenal sebelumnya. Dam-dam, kanal-kanal, saluran sekunder, tersier, dan jembatan-jembatan air didirikan. Tempat-tempat yang tinggi, dengan begitu, juga mendapat jatah air.
Orang-orang Arab memperkenalkan pengaturan hidrolik untuk tujuan irigasi. Kalau dam digunakan untuk mengecek curah air, waduk (kolam) dibuat untuk konservasi (penyimpanan air). Pengaturan hydrolik itu dibangun dengan memperkenalkan roda air (water wheel) asal Persia yang dinamakan naurah (Spanyol: Noria). Disamping itu, orang-orang Islam juga memperkenalkan pertanian padi, perkebunan jeruk, kebun-kebun dan taman-taman. Industri, disamping pertanian dan perdagangan, juga merupakan tulang punggung ekonomi Spanyol Islam. Diantaranya adalah tekstil, kayu, kulit, logam, dan industri barang-barang tembikar.
Namun demikian, pembangunan-pembangunan fisik yang paling menonjol adalah pembangunan gedung-gedung, seperti pembangunan kota, istana, masjid, pemukiman, dan taman-taman. Diantara pembangunan yang megah adalah masjid Cordova, kota al-Zahra, Istana Ja’fariyah di Saragosa, tembok Toledo, istana al-Makmun, masjid Seville, dan istana al-Hamra di Granada.
a. Cordova
Cordova adalah ibu kota Spanyol sebelum Islam, yang kemudian diambil alih oleh Bani Umayyah. Oleh penguasa muslim, kota ini dibangun dan diperindah. Jembatan besar dibangun di atas sungai yang mengalir di tengah kota. Taman-taman dibangun untuk menghiasi ibu kota Spanyol Islam itu. Pohon-pohon dan bunga-bunga diimpor dari Timur.
 Di seputar ibu kota berdiri istana-istana yang megah yang semakin mempercantik pemandangan, setiap istana dan taman diberi nama tersendiri dan di puncaknya terpancang istana Damsik. Diantara kebanggaan kota Cordova lainnya adalah masjid Cordova. Menurut ibn al-Dala’i, terdapat 491 masjid di sana. Disamping itu, ciri khusus kota-kota Islam adalah adanya tempat-tempat pemandian. Di Cordova saja terdapat sekitar 900 pemandian. Di sekitarnya berdiri perkampungan-perkampungan yang indah. Karena air sungai tak dapat diminum, penguasa muslim mendirikan saluran air dari pegunungan yang panjangnya 80 Km.
b. Granada
Granada adalah tempat pertahanan terakhir ummat Islam di Spanyol. Di sana berkumpul sisa-sisa kekuatan Arab dan pemikir Islam. Posisi Cordova diambil alih oleh Granada di masa-masa akhir kekuasaan Islam di Spanyol. Arsitektur-arsitektur bangunannya terkenal di seluruh Eropa. Istana al-Hamra yang indah dan megah adalah pusat dan puncak ketinggian arsitektur Spanyol Islam. Istana itu dikelilingi taman-taman yang tidak kalah indahnya. Kisah tentang kemajuan pembangunan fisik ini masih bisa diperpanjang dengan kota dan istana al-Zahra, istana al-Gazar, menara Girilda dan lain-lain. [6]
C. Faktor-faktor Pendukung Kemajuan
Spanyol Islam, kemajuannya sangat ditentukan oleh adanya penguasa-penguasa yang kuat dan berwibawa, yang mampu mempersatukan kekuatan-kekuatan umat Islam, seperti Abdurrahman al-Dakhil, Abdurrahman al-Wasith dan Abdurrahman al-Nashir.
Keberhasilan politik pemimpin-pemimpin tersebut ditunjang oleh kebijaksanaan penguasa-penguasa lainnya yang memelopori kegiatan-kegiatan ilmiah yang terpenting diantara penguasa dinasti Umayyah di Spanyol dalam hal ini adalah Muhammad ibn Abdurrahman (852-886) dan al-Hakam II al-Muntashir (961-976).
Toleransi beragama ditegakkan oleh para penguasa terhadap penganut agama Kristen dan Yahudi, sehingga mereka ikut berpartisipasi mewujudkan peradaban Arab Islam di Spanyol. Untuk orang-orang Kristen, sebagaimana juga orang-orang Yahudi, disediakan hakim khusus yang menangani masalah sesuai dengan ajaran agama mereka masing-masing.
Masyarakat Spanyol Islam merupakan masyarakat majemuk, terdiri dari berbagai komunitas, baik agama maupun bangsa. Dengan ditegakkannya toleransi beragama, komunitas-komunitas itu dapat bekerja sama dan menyumbangkan kelebihannya masing masing.
Meskipun ada persaingan yang sengit antara Abbasiyah di Baghdad dan Umayyah di Spanyol, hubungan budaya dari Timur dan Barat tidak selalu berupa peperangan. Sejak abad ke-11 M dan seterusnya,
banyak sarjana mengadakan perjalanan dari ujung barat wilayah Islam ke ujung timur, sambil membawa buku-buku dan gagasan-gagasan. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun umat Islam terpecah dalam beberapa kesatuan politik, terdapat apa yang disebut kesatuan budaya dunia Islam.
Perpecahan politik pada masa Muluk al- Thawa’if dan sesudahnya tidak menyebabkan mundurnya peradaban. Masa itu, bahkan merupakan puncak kemajuan ilmu pengetahuan, kesenian, dan kebudayaan Spanyol Islam. Setiap dinasti (raja) di Malaga, Toledo, Sevilla, Granada, dan lain-lain berusaha menyaingi Cordova. Kalau sebelumnya Cordova merupakan satu-satunya pusat ilmu dan peradaban Islam di Spanyol, Muluk al Thawa’if berhasil mendirikan pusat-pusat peradaban baru yang diantaranya justru lebih maju.[7]

D. Penyebabab Kemunduran Dan Kehancuran
1. Konfilik Islam Dengan Keristen
para penguas muslim tidak melakukan islamisasi secara sempurna.mereka sudah puas dengan hanya menagih upeti dari kerajaan kerajaan keristen yang ditaklukkannya dan membiarkan mereka mempertahankan hukum dan adat mereka, termaksud posisi hirarki tradisional, asal tidak ada perlawanan bersenjata.

2. Tidak Adanya Idologi Pemersatu
Adanya kelompok-kolompok etnis non-Arab yang ada sering menggerogoti dan merusak perdamaian, hal itu mendatangkan dampak besar terhadap sejarah sosio-ekonomi negeri andalusia. Yang akhirnya menunjukan tidak adanya ideologi yang dapat memberikan makna persatuan dan selain itu kurangnya pigur yang dapat menjadi personifikasi ideologi itu.

3. Kesulitan Ekonomi
Di pengaruhi kedua islam di spanyol, parapenguas membangun kota dan mengembangkan ilmu pengetahuan dengan sangat ”serius”sehingga lalai membina perekonomian. Akibatnya timbul kesulitan ekonomi yang amat beratkan dan mempengaruhi kondisi politik dan militer.
4. Tidak Jelasnya Sistem Peralihan Kekuasaan
Dari penyebab adanya perebutan kekuasaan diantara ahli waris bahkan saling bermusuhan dan saling membunuh untuk menaiki tahta kekuasaan. Maka dengan adanya hal tersebut sistem peralihan kekuasaan  di andalusia mengalami kekacawan.

5. Keterpencilan
Andalusia merupakn bagian terpencilan dari dunia islam yang lain, ia selalu berjuang sendirian, tanpa mendapat bantuan yang besar kecuali hanya dari Afrika Utara. Dengan demikian tidak ada kekuatan alternatif yang mampu membendung kebngkitan kristen di sana. [8]  

BAB III
KESIMPULAN
Setelah itu ajaran Islam sebagai ideologi yang lurus mulai berkembang ke berbagai penjuru, di antaranya : negara-negara arab, teluk, daratan Afrika utara, Andalusia, dan belahan dunia lainnya. Islam menyentuh dunia termasuk Andalusia dengan bahasa Perubahan yang bermakna yaitu memanusiakan manusia dengan risalahnya yang jelas berupa ajaran Tauhid dan nilai-nilai luhur budi pekerti. Di masa-masa inilah Islam pernah mengukir prestasi di daratan Eropa dengan Andalusianya terhitung dari tahun 711-1492 M.
Dalam usaha menaklukkan dan menguasai Spanyol, Dinasti Umayah mengirimkan tiga orang panglima perang Singa Padang Pasir sekaligus pahlawan Islam, mereka adalah Tharif bin Malik, Thariq bin Ziyad dan Musa bin Nusair.

DAFTAR PUSTAKA

Yatim badri, Sejarah Peradapan Islam Dirasah Islamiyah, PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004

Syalabi, Sejarah Kebudayaan Islam,Al Husna Zikro, Jakarta, 1997





[1] Yatim Badri, Sejarah Peradapan Islam Dirasalah Islamiyah, PT Raja Grapada Prasada, Jakarta, 2004, h87
[2] Yatim Badri, Ibid, h94
[3] http://sejarah.kompasiana.com/2010/10/13/kemajuan-peradaban-islam-di-spanyol-andalusia
[4] Syalabi, Sejarah Kebudayaan Islam,Al Husna Zikro, Jakarta, 1997, h.126

[5] Obcit, h.103
[6] http://sejarah.kompasiana.com/2010/10/13/kemajuan-peradaban-islam-di-spanyol-andalusia
[8] Yatim Badri, Ibid, h.107-108


Tidak ada komentar:

Posting Komentar