Jumat, 02 Desember 2011

Konsep Agama


BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar belakang masalah
Agama yang pada hakekatnya adalah keyakinan akan adanya Tuhan yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia, maka sangat perlu dipahami secara seksama oleh setiap manusia.Dalam uraian ini akan kemukakan pengertian agama, hubungan agama dengan manusia, manfa’at agama, klasifikasi agama,dan agama Islam.Agama merupakan kebutuhan (fitrah) manusia. Berbagai pendapat mengenai kefitrian agama ini dapat dikaji pada beberapa pemikiran.
B. Tujuan Pembahasan
Adapun tujuan dari pembahasan ini ialah untuk memenuhi tugas yang dipercayakan oleh dosen pembimbing kepada kami, selanjudnya pembahasanya mengenai tentang pengertian agama, teori asal mula agama, komponen dan unsur agama, fungsi agama dan hubungan agama dengan fitrah manusia di dalam al-Qur’an.
C. Metode Penulisan
Makalah ini ditulis dalam tiga bab, Bab pertama berisi pendahuluan, kemudian Bab kedua berisi pembahasan yang dibahasa yakni tentang agama fungsi agama dan agama dengan fitrah manusia diadalam ala-Qur’an dan selanjudnya pada Bab ke tiga berisi kesimpulan sekaligus penutup dari pembahasan.

BAB II
PEMBAHASAN


A.Pengertian Agama
Secara etimologis kata agama berasal dari bahasa sanskerta. Kata ini tersusun dari kata A dan Gama. A yang berarti tidak dan sedangkan Gama berarti berjalan atau berubah. Jadi agama berarti tidak berubah. Demikian juga menurut H. Muh. Said. sejalan pendapat itu Harun Nasution juga mengemukakan, bahwa agama berasal dari bahasa Sanskrit. Menurutnya, satu pendapay mengatakan bahwa kata itu tersusun dari dua kata yaitu A = tidak, dan Gama =  Pergi. Dengan demikian agama berarti tidak pergi atau tetap di tempatnya.[1]

K.H. Taib Abdul Muin, juga memeberi pendapat bahwa kata agama berasal dari bahasa sanskerta, yang mana A berarti tidak, dan Gama berarti kocar kacir. Jadi agama berarti tidak kocar kacir, dalam artian agama itu teratur.

Sementara itu K.H. Zainal Arifin Abbas  dan Sidi Gazalba , berpendapat bahwa istilah agama dan religi  serta Al Din itu berbeda-beda antara satu dan lainnya. Masing-masing mempunyai pengertian sendiri. Lebih jauh lagi, Gazalba menjelaskan bahwa Al-din lebih luas pengertian nya dari pada pengertian agama dan religi. Agama dan religi hanya berisi ajaran yang menyangkut aspek hubungan antara manusia dan tuhan saja. Sedangkan al-din berisi dan memuat ajaran yang mencakup aspek hubungan antara manusia dan tuhan dan hubungan sesama manusia.[2]

Sedangkan secara istilah pengertian agama, tidak ada pengertian agama itu yang benar benar memuaskan, oleh karena keragama agama itu sendiri. Sehubungan dengan itu pengertian yang akan dibentangakan berikut ini adalah beberapa pendapat dari pakar yang sudah barang tentu menurut sudut pandang mereka masing-masing. Beberapa defenisi pengertian agama yang dimaksud adalah sebagai berikut:

Frazer[3] berpendapat bahwa agama adalah sebagai perdamain atu tindakan mendamaikan dari kuasa-kuasa atas kepada manusia yang mana dipercayai mengatur dan mengonrol alam raya dan kehidupan manusia.


Kemudian Malfijt[4] mengemukakan bahwa agama adalah system interaksi kepercayaan dan perbuatan yang didasarkan atas adapt-istiadat (kebudayaan) suatu masarakat yang secara bersama-sama percaya kepada kuasa supernatural yang suci.

Sementara itu Taib Thahir Abdul Mu’in mengemukakan pengertian agama sebagai suatu peraturan Tuhan yang mendorong jiwa seseorang yang memepunyai akal untuk dengan kehendak dan pilihannya sendidri mengikuti peraturan tersebut, guna mencapai kebahagiaan hidup didunia dan di akhirat.

  1. Teori Asal Mula Agama
Sejak dulu hingga sekarang banyak sudah para sarjana dan ilmuan yang mempelajari agama menurut dari segi ilmu masing-masing. Terutama para ilmuan mencoba mengkaji agama dari berbagai aspek.


Tylor menyebutkan mengkaji agama dengan sangat sederhana dan tanpa memberikan penelian terhadap fungsi agama itu, kajian ini kemudian disebut menjadi sebuah teori tentang “asal mula agama”. Menurutnya asal mula agama pada awalnya berangkat dari kesadaran manusia akan adanya jiwa.

Selanjutnya Lang memunculkan teori baru yang ulasanya berbeda dengan Tylor terutama dalam hal konsep jiwa dimana ia mengakatan bahwa di setiap jiwa manusia ada memiliki kemampuan gaib yang dapat beraktivitas lebih kuat, akibat lemahnya aktivitas pikiran manusia yang rasional.

Selain itu Frezer membuat suatu teori tentang asal mula agama bagi manusia. Teori yang dimaksudkan bias dinamakan teori “batas akal”. Masih berhubungan dengan ini, Muller menyatakan bagwa agama berasal dari keperluan dasar manusia untuk mencari sesuatu yang berkenaan dengan kekuatan hakiki yang ada diluar  dirinya dan yang menguasai hidupnya dan alam lingkungan, maka dari masalah itulah timbul gagasan tentang dewa, ruh-ruh, dan tuhan.[5]

Dari teori yang telah dikemukakan diatas jelas bahwa agama boleh dikatakan mengandung suatu kecendrungan batin(rohani) manusia untuk berhubungan dengan kekuatan yang terdapat dalam alam semesta guana mencari makna dari suatu yang berbeda sama sekali, dari apa yang dikenal dan dialami manusia.

  1. Komponen Dan Unsur Agama
dari memperhatikan dari berbagai pendapat dan teor yang dikemukakan oleh pari ahli dan ilmuan dapat kita ketahui bahwa agama itu memiliki suatu komponen  dan unsure yang menjadi karakteristik suatu agama.

  1. Komponen Agama
Menurut Koentjaraningrat komponen agama itu ada lima yaitu Emosi keagamaan, system keyakinan, system ritus dan upacara, peralatan ritus dalam upacara dan penganut agama atau umat.[6]


Berikut ini akan diuraikan kelima komponen tersebut secara sepintas dan ringkas.

Emosi keagamaan, adalah sebuah getaran yang menggerakan jiwa manusia untuk menjalankan kelakuan dan kegiatan keagamaan.

System kepercayaan adalah merupakan hal yang paling utama dalam setiap agama, karena semua yang disebut agama biasanya melibatkan idea atau kepercayaan tertentu di suatu pihak dan beberapa amalan tertentu pula, artinya tidak satu pun yang disebut agama jika tidak mempunyai kepercayaan terhadap hal yang bersifat supernatural dan memiliki upacara agama sebagi manifestasi dari kepercayaan.

System ritus atau upacara agama adalah komponen penting dalam suatu agama karena semua kelakuan agama tampak tergambar dalam ritual keagamaan.

Peralatan ritus atau upacara adalah sarana untuk mengadakan hubungan dengan kuasa supernatural yang membawa kesan pisikologis, yang bukan saja kpada manusia secara perorangan, tetapi juga kepada seluruh anggota jamaah agama itu.

Penganut agama atau umat adalah orang yang mengikuti atau menjalankan suatu aktivitas didalam keagamaan tersebut.

  1. Unsur Agama
Unsur pertama yaitu kepercayaan terhadap kekuatan Gaib. Kekuatan gaib tersebut dapat mengambil bentuk bermacam macam. Dalam agama primitif kekuatan gaib tersebut dapat mengambil bentu benda-benda yang memiliki kekuatan mesterius (sakti), ruh, jiwa yang terdapat pada benda-benda yang memiliki kekuatan gaib. Tuhan atau Allah dala istilah lebih khusus dala agama islam.

Unsur kedua yaitu bahwa kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat nanti tergantung pada adanya hubungan yang baik dengan kekuatan gaib yang dimaksud.

Unsur ketiga yaitu adanya rasa respons yang bersifa emosional dari manusia. Respons tersebut dapat mengambil bentuk rasa takut, penyembahan dan pada akhirnya respons tersebut mengambil bentuk dan cara hidup tertentu bagi masyarakat yang bersangkutan.

Unsur keempat yaitu, paham tentang adanya kudus dan suci dalam bentuk kekuatan gaib, dan dalam bentuk kitab yang mengandunga jaran-ajaran agama yang bersangkutan, peralatan menyelenggarakan upacara dan sebagainya.[7]

B Funsi Agama Bagi Manusia.
Berbicara fungsi agama bagi kehidupan manusia tidak terlepas dari tantangan-tantangan yang dihadapinya, baik secara induvidu maupun masyarakat. Seperti diketahui melalui penjelasan tuhan, manusia telah dilengkapi dengan seperangkat potensi anugerah Allah diantaranya alat indra dan akal.
untuk menjawab tantangan dan permasalahan yang muncul di tengah-tengah kehidupan, manusia memerlukan pedoman baik secara global maupun secara rinci yang dapat dijadikan pedoman dalam menyelsaikan permasalahan yang ada dalam kehidupan baik secara induvidu maupaun masyarakat. Pedoman yang dimaksud adalah aturan, undang-undang dan hukum yang terhimpun dalam Agama.

Menurut al-Thabathaba’i[8] menyebutkan peran agama yaitu:
  1. Agama sebaga alat control, dalam hal ini agama berfungsi sebagai pengawas dan pengontrol terhadap perbuatan-perbuatan lahir seperti yang dimiliki oleh hukum yang dibuat manusia.
  2. Agama sebagai sarana yang mendorong kejiwaan melakukan amar ma’ruf nahi munkar, yang dapat membuat setiap induvidu saling mengawasi perbuatan masing-masing.
  3.  Agama mengikat bahwa semua perbuatan manusia diperhatiakn dan dicatat, dan diakhirat akan diperikasa secara teliti.
  4. Di dalam agama khususnya agama islam diungakap bahwa Allah adalah penguasa pemiliki alam semesta, dan Dia mengetahuai serta melihat semua perbuatan yang dilakukan manusia.

Diamaping itu ada hukum akhirat yang telah di tentukan bagi semua orang yang melanggar dan meninggalkan perintah Allah, yang sebagaimana di dunia ada hukum yang ditentukan oleh hukum yang dibuat manusia.


Sedangkan Muhammad Syaltut[9] menjelaskan bahwa fungsi agama adalah sebagai wahana untuk :
·         mensucikan jiwa dan membersihkan hati
·         membentuk sikap patuh dan taat serta menimbulkan sikap dan perasaan mengagungkan Tuhan.
·         Memberi pedoman pedoman kepada manusia dalam menciptakan kebaikan hidup secara mantap dengan cara mempererat hubungan dengan tuhan sbagai pencipta.

Sejalan dengan pendapat di atas, Al-Zuhayli mengemukakan bahwa fungsi agama itu setidaknya ada enam yaitu:

  1. Agama Sebagai Pemenuhan Kebutuhan Rohani
Manusia adalah makhluk rohani dan jasmani. Kebutuhan jasmani dipenuhi dengan mkan dan minum, sedangkan kebutuhan rohani tidak dapt dipnuhi dengan makan dan minum, tetapai dengan iman dan aqidah. Yang mana kebutuhan ini hanya akan diperoleh dari agama.

  1. Agama Sebagai Motivasi Dalam Mencapai Kemajuan
Agama sebagai pemenuhan kebutuhan rohani berorientasi kepada pembebasan manusia dari belenggu kehinaan, kecemasan, kebodohan, dan kebimbangan, kemudian mengangkatnya ketingkat kesempurnaan, keagungan dan kemuliaan.

Dengan demikian nilai-nilai rohani yang diperoleh dari ajaran agama akan tercipta dalam diri manusia sebagai motor penggerak. Tenaga penggerak ini menjadi motivasi dalam menciptakan perdamaian, pembangunan, dan mengajarkan kesuksesan dalam segala aktivitas.

  1. Agama Sebagai Pedoman Hidup
Di dalam hidup dan kehidupannya, manusia akan dihadapkan pada kesulitan dan tantangan, baik berupa ancaman kekuatan jahat dan kezholiman ataupun oleh peristiwa alami.dalam hal ini ajaran agama memberi tuntunan kepada manusia agar senantiasa mengadakan hubungan dengan Allah, mohon pertolongan dan pentujuk dari-Nya melalui ikrar. Selain itu dengan sikap berserah diri dan tunduk kepada-Nya tampa pamrih, secara bertahap akan terbentuk sikap menerima secara ikhlas untuk tunduk dan patuh kepada hukum-hukum Allah. Dengan kata lain hukum-hukum Allah akan dijadikan rujukan dan pedoman hidup dalam mengatasi tantangan dan rintangan.

  1. Agama Sebagai Sarana Pendidika Rohani
Rohani manusia yang sarat dengan unsur agama, akan mngarahkan jiwanya untuk tunduk dan patuh kepada Tuhan. Ketundukan dan kepatuhan ini akan membentuk dalam diri manusia sikap yang mengutamakan pengajaran, menjauhkan siksa, dan takut kepada kemarahan-Nya serta menghindarkan diri agar tidak melakukan kejahatan dan kerusakan.

  1. Agama Sebagai Bentuk Keseimbangan
Agama meletakkan dasar-dasar keseimbangan antara jasmani, rohani, dan akal. Keseimbangan ketiga unsur ini sangat penting dalam hidup manusia, sebab bila salah satu bagian dari unsur itu lebih dominan, seperti  hawa nafsu, misalnya, maka manusia akan cendrung berprilaku seperti hewan. Sebaliknya jika unsur akal yang mendominasi dari unsur yang lainnya, maka ia akan terbawa pada cara berfikir menyesatkan. Sedangkan bila unsur rohani semata yang mndominasi hingga unsur jasmani dan materi terabaikan, maka manusia akan cendrung bersikap menyendiri yang mana dapat membekukan akal.

  1. Agama Sebagai Pembentuk Kemantangan Jiwa
Manusia pada dasarnya sangat membutuhkan agama agar ada jaminan bagi ketenangan jiwa dalam dirinya. Sejalan denagan kebutuhan tersebut, agama menganjurkan manusia menjauhi segala bentuk perbuatan yang menjurus pada pengrusakan fisik atau yang akan membahayakan diri seseorang. Karenanya agama melarang semua tindakan yang dapat membahayakan tubuh, dan sebaliknya menganjurkan kepada manusia gar dapat mengunakan segala sarana yang bermanfaat untuk memilihara hidup dan menjaga keselamatan serta menghindari dari kemungkinan keburukan, melalui ini agama menganjurkan untuk brtaubat.[10]

Setelah mengemukakan beberapa pendapat para ahli tentang funsi agama bagi manusia, baik secara induvidu maupun masyarakat, maka berikut ini akan dikemukakan fungsi Agama menurut Al-Qur’an dengan merujuk kepada ayat-ayat tentang agama.


Fungsi Agama menurut Al-Qur’an dapat dikemukakan sebagai berikiut:

1)      Memberikan informasi kepada umat manusia, bahwa Tuhan itu Esa, karena itu beribadat dan taat hanya ditunjukkan kepada-Nya.[11]
2)      Untuk mengontrol prilaku manusia baik dalam hubungannya kepada Allah maupun kepada sesamanya. Dengan adanya konrol diharapkan umat manusia akan menjadi hamba yang taat dan menjadi warga masyarakat yang baik.
3)      Mendidik manusia agar berlaku jujur dan bertindak adil dalam segala hal[12], karena dengan jujur dan bertindak adil akan menciptakan kedamaian.
4)      Mendidik manusia agar tidak bersikap sombong dan bersifat dendam.[13]
5)      Menamkan sifat social kemasyarakatan yang tinggi terhadap sesamanya dengancara mengeluarkan berupa zakat[14], infaq, dan shadekah.[15]
6)      Mendidik dan memotivasi kepada pemeluk agama untuk menumbuh kembangkan siakp tolong menolong antara sesama, sebagaiman yang telah dipraktikkan oleh kaum Anshar kepada kaum Muhajirin.[16]
7)      Agama merupakan motivator, dinamisator, stabilator dalamdiri manusia, hingga dia senantiasa melakukan kebaikan dan meningalkan keburukan dengan kesadaran bahwa segala yang dilakukan pasti diketahui oleh Tuhan Maha Pencipta.[17]
8)      Mendidik manusia agar dapat memilih dan menentukan akidah yang tepat dan benar-benar sesuai dengan fitrah manusia[18], guna mendapatkan kebahagian di akhirat.[19]
9)      Memberi motivasi agar manusia menuntut ilmu pengetahuan baik pengetahuan tentang agama maupun umum.[20]
10)  Untuk membina akhlak dan persaudaraan intern dan antar ummat.[21]


C. Agama dan Fitrah Manusia Di Dalam Al-Qur’an.

Spirit telah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya, agama adalah peraturan Ilahi yang mengantarkan orang-orang yang berakal sehat , atas kehendak mereka sendiri, menuju kebahagian dunia dan akhirat. Sehubungan dengan pengertian diatas, tampaknya Al-Qur’an sendiri telah memuat pernyataan tentang hal ini jauh sebelum pengertian tadi dirumuskan. Allah dalam berbagai ayat al-Qur’an telah menegaskan bahwa agama diturunkan-Nya kepada manusia melalui para nabi dan rasul adalah untuk kebahagiaan ummat manusia di dunia dan diakhirat.

Kenyataanya bahwa manusia memiliki fitrah keagamaan tersebut, yakni agama adalah kebutuhan fitrah manusia, fitrah keagamaan inilah yang melatarbelakangi perlunya manusia pada agama.
Oleh karenanya ketika datang wahyu Tuhan yang menyeru manusia agar beragama, maka seruan tersebut memang amat sejalan dengan fitrahnya itu.

Dalam konteks ini perhatikan ayat Al-Qur’an QS.Rum:30
óOÏ%r'sù y7ygô_ur ÈûïÏe$#Ï9 $ZÿÏZym 4 |NtôÜÏù «!$# ÓÉL©9$# tsÜsù }¨$¨Z9$# $pköŽn=tæ 4 Ÿw Ÿ@ƒÏö7s? È,ù=yÜÏ9 «!$# 4 šÏ9ºsŒ ÚúïÏe$!$# ÞOÍhŠs)ø9$#  ÆÅ3»s9ur uŽsYò2r& Ĩ$¨Z9$# Ÿw tbqßJn=ôètƒ ÇÌÉÈ  
Artinya :
Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.( QS.Rum:30 )

Adanya potensi fitrah beragama yang terdapat pada manusia tersebut dapat pula dianalisis dari istilah ihsan yang digunakan al-Qur’an untuk menunjukkan manusia . dengan mengacu kepada informasiyang diberikan Al-Qur’an, Musa Asy’ari membuat suatu kesimpulan bahwa manusia Insan adalah manusia yang menerima pelajaran dari tuhan tentang apa yang tidak di ketahui dengan kata lain bahwa manusia yang disebut insan yang dalam Al-Qur’an dipakai untuk menunjukkan lapangan kegiatan manusia yang amat luas adalah terletak pada kemapuan mengguanakan akalnya dan mewujudkan pengetahuan konseptualnya dalam kehidupan konkret. Hal demikian berbeda dengan kata Basyar yang digunakan al-Qur’an untuk menyebut manusia dalam pengertian lahiriyah yang membutuhkan makan, minum, pakaian, tempat tinggal, dan kemudian mati.

Informasi mengenai potensi beragama yang dimiliki manusia itu dapat pula dijumpai dalam aya Al-Qur’an QS. Al-A’raf: 172 sebagai berikut.

øŒÎ)ur xs{r& y7/u .`ÏB ûÓÍ_t/ tPyŠ#uä `ÏB óOÏdÍqßgàß öNåktJ­ƒÍhèŒ öNèdypkô­r&ur #n?tã öNÍkŦàÿRr& àMó¡s9r& öNä3În/tÎ/ ( (#qä9$s% 4n?t/ ¡ !$tRôÎgx© ¡ cr& (#qä9qà)s? tPöqtƒ ÏpyJ»uŠÉ)ø9$# $¯RÎ) $¨Zà2 ô`tã #x»yd tû,Î#Ïÿ»xî ÇÊÐËÈ  
Artinya :
dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah aku ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), Kami menjadi saksi". (kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)",( QS. Al-A’raf: 172 )

Berdasrkan informasi tersebut terlihat dengan jelas bahwa manusia secara fitri merupakan makhluk yang memiliki kemampuan untuk beragama hal demikian sejalan dengan petunjuk Nabi dalam salah satu haditsnya yang menyatakan bahwa setiap anak yang dilahirkan memiliki fitrah (potensi kagamaan ) maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan anak tersebut menjadiYahudi, Nasrani, Majusi.

Melalui urain yang singkat diatas ini dapat kita buat kesimpulan bahwa latar belakang perlunya manusia pada agama adalah karena dalam diri manusia sudah terdapat potensi beragama. Potensi beragama ini memerlukan pembinaan, pengarahan dan pengembangan dan seterusnya dengan cara mengenalkan agama kepadanya.

KESIMPULAN
Agama yang pada hakekatnya adalah keyakinan akan adanya Tuhan yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia, maka sangat perlu dipahami secaraseksama oleh setiap manusia.Dalam uraian ini akan kemukakan pengertian agama, hubungan agama dengan manusia, manfa’at agama, klasifikasi agama,dan agama Islam. Secara bahasa, perkataan ‘’agama’’ berasal dari bahasa Sangsekerta yang erat hubungannya dengan agama Hindu dan Budha yang berarti ‘’tidak pergi’’tetap di tempat, diwarisi turun temurun’’. Adapun kata din mengandung arti menguasai, menundukkan, kepatuhan, balasan atau kebiasaan.
Agama merupakan kebutuhan (fitrah) manusia. Berbagai pendapat mengenai kefitrian agama ini dapat dikaji pada beberapa pemikiran. Misalnya Einstein menyatakan bahwa sifat sosial manusialah yang pada gilirannya merupakan salah satu faktor pendorong terwujudnya agama. Manusia menyaksikan maut merenggut ayahnya, ibunya, kerabatnya serta para pemimpin besar. Direnggutnya mereka satu persatu, sehingga manusia merasa kesepian dikala dunia telah kosong. Jadi harapan akan adanya sesuatu yang dapat memberi petunjuk dan pengarahan, harapan menjadi pencinta dan dicintai, keinginan bersandar pada orang lain dan terlepas dari perasaan putus asa ; semua itu membentuk dalam diri sendiri dasar kejiwaan untuk menerima keimanan kepada Tuhan.

DAFTAR PUSTAKA
- Al-Qur’an dan Terjemah, AL ‘Aliyy, Diponegoro, Bandung : 2005
- Abuddin Nata, Metode Studi Islam, Raja wali Press, Jakarta : 2006
- Aflatun Muchtar, Tunduk Kepada Allah Fungsi Dan Peran Agama Dalam Kehidupan Manusia, Khazanah Baru, Jakarta 2001
- Ibrahim Gultom, Agama Mlim Di Tanah Batak, PT.Bumi Aksara, Jakarta : 2010



[1] Aflatun Muchtar, Tunduk Kepada Allah Fungsi Dan Peran Agama Dalam Kehidupan Manusia, Khazanah Baru, Jakarta 2001, h.22
[2] Aflatun Muchtar, op,cit, h.23
[3] Ibrahim Gultom, Agama Mlim Di Tanah Batak, PT.Bumi Aksara, Jakarta : 2010, h.17
[4] Ibrahim Gultom, op.cit, h.8

[5] Ibrahim Gultom, h.15
[6] Ibrahim Gultom, h. 19
[7] Abuddin Nata, Metode Studi Islam, Raja wali Press, Jakarta : 2006, h.14

[8] Aflatun Muctar, op.cit, h115
[9] Aflatun Muctar, h.116
[10] Aflatun Muctar, h. 121
[11] QS. Al-Maidah:171; Al-Mu’minun: 65; al-Bayyinah: 5
[12] QS. Al-A’raf:29
[13] QS. Al-Hijr: 35
[14] QS. Al-Tawbah: 11 ; al-Hajj:78
[15] QS. Ali Imran : 112
[16] QS. Al-Anfal: 72
[17] QS. Al-An’am : 103
[18] QS. Al-Rum: 30 dan 43
[19] QS. Ali Imran : 85
[20] QS. Al-Tawbah : 122
[21] QS. Al-Ahzab: 5 : al-Mumtahanah: 8-9 ; al-Anfal:72

Tidak ada komentar:

Posting Komentar